Tragedi Berdarah di Talang Empat: Percakapan Terakhir Ibu dan Anak Sebelum Pembunuhan Sadis oleh Ayah Tiri
--
Petugas dan warga yang datang kemudian menemukan Fe sudah tak bernyawa di teras rumah, dengan tubuh bersimbah darah.
“Saya enggak berani lihat. Baru setelah dimandikan, saya lihat luka di bahu kirinya. Hanya itu, tapi nyawanya sudah hilang,” katanya pelan.
Menurut Heri, selama ini tidak pernah ada pertengkaran besar antara anaknya dan suaminya. Namun, sejak Fe memutuskan untuk tinggal bersama mereka sebulan terakhir, suasana rumah menjadi dingin dan penuh jarak.
“Selama ini enggak pernah ribut. Tapi sejak Aa tinggal di rumah, bapaknya kayak enggak suka. Enggak tahu kenapa,” jelas Heri.
Fe sebelumnya bekerja di Kabupaten Kepahiang dan biasanya hanya pulang sesekali. Namun kali ini, ia memilih menetap lebih lama di rumah sang ibu — keputusan yang tanpa disadari menjadi akhir hidupnya.
“Biasanya cuma dua tiga hari, ini sebulan penuh. Enggak nyangka malah jadi musibah,” kata Heri sambil menyeka air mata.
Heri mengaku telah hidup bersama Sa selama 19 tahun. Meski pendiam dan jarang bergaul, suaminya tidak pernah menunjukkan tanda-tanda kekerasan.
“Dia orangnya pendiam, jarang marah, apalagi pakai parang. Tapi hari itu entah kenapa berubah,” ujarnya.
Adik perempuan korban sempat melihat pelaku masuk kamar dengan sebilah parang di pinggang. Kini, satu dari dua parang milik keluarga itu hilang dan diduga kuat digunakan sebagai senjata pembunuhan.
Heri hanya bisa berharap agar pelaku segera ditangkap dan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
“Saya mohon, tolong ditangkap dan dihukum seberat-beratnya. Dia sudah hilangkan nyawa anak saya satu-satunya,” ucap Heri tegas.
BACA JUGA:Tragedi di Talang Empat, Anak Tiri Tewas Usai Ditebas Ayah Tiri, Pelaku Masih Buron
- Tag
- Share
-
-
