Kemenperin dan Airlangga Tak Satu Suara soal Insentif Mobil Listrik Jadi Sorotan
--
RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO - Polemik pemberian insentif untuk kendaraan listrik kini turut menjadi perbincangan hangat.
Pasalnya, dua statement bertentangan dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) serta Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto justru menunjukkan adanya perbedaan pendapat mengenai kondisi sektor otomotif di Indonesia.
Dilansir dari disway.id, menurut data yang dihimpun oleh Ditjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, penjualan wholesales kendaraan bermotor pada periode Januari hingga Oktober 2025 hanya mampu mencapai 635.844 unit, atau turun 10,6 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, produksi kendaraan juga mengalami penurunan menjadi 957.293 unit dari 996.741 unit pada 2024.
Diketahui, penurunan paling dalam terjadi pada segmen kendaraan yang justru menjadi tulang punggung industri otomotif nasional, yaitu segmen entry (OTR < Rp 200 juta) yang anjlok hingga 40 persen, segmen low (Rp 200–400 juta) yang merosot 36 persen, serta segmen kendaraan komersial yang turun 23 persen.
Menurut Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief, ketiga segmen ini sendiri selama ini menyasar konsumen domestik, terutama kelompok masyarakat kelas menengah, serta menjadi basis produksi terbesar di dalam negeri.
"Penurunan tajam penjualan kendaraan bermotor roda empat jauh di bawah angka produksinya di kala penjualan kendaraan EV impor naik tajam adalah fakta yang tidak bisa dihindari. Dan, harus menjadi indikator pertumbuhan industri otomotif nasional saat ini," pungkas Febri kepada media secara daring, pada Rabu 3 November 2025.
Selain itu, Febri juga turut menambahkan bahwa pelemahan pasar yang terjadi secara simultan dapat berdampak pada penurunan utilisasi pabrik, penurunan investasi, serta berpotensi mengancam keberlanjutan lapangan kerja di industri otomotif dan sektor komponen.
"Tidak adanya intervensi kebijakan akan membuat tekanan ini semakin dalam, dan efeknya dapat memengaruhi struktur industri secara keseluruhan," tegas Febri.
Argumen Menko Airlangga
Di sisi lain, Menko Airlangga sendiri menjelaskan bahwa keputusan untuk meniadaan pemberian insentif untuk kendaraan listrik sendiri dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan pasar kendaraan listrik selama dua tahun ini.
Dalam hal ini, dirinya menjelaskan bahwa kini sudah ada mobil listrik yang dijual dengan harga di bawah Rp 300 juta. Selain itu, sejumlah mobil listrik yang dijual di Indonesia dirakit juga di tanah air.
Dengan perkembangan ini, Menko Airlangga mengungkapkan bahwa sesuai dengan permintaan Presiden RI Prabowo Subianto, dana insentif tersebut nantinya rencananya akan dialihkan menjadi dana pembangunan pabrik kendaraan bermotor.
"Hasilnya sudah nyata, Kalau kita lihat harganya tahun ini relatif yang di bawah Rp 300 juta sudah banyak. Mungkin dana itu (insentif) bisa dialihkan untuk membangun pabrik nasional," tutur Menko Airlangga. (**)