Dua Sekolah Ini Kekurangan Air Bersih, Pelajar Terpaksa Bawa Air dari Rumah

--

RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO - Kesulitan akses air bersih dialami oleh SMP Negeri 22 dan SD Negeri 39 Kabupaten Bengkulu Tengah yang berlokasi di Desa Tanjung Raman, Kecamatan Taba Penanjung. Kondisi tersebut sudah berlangsung selama bertahun-tahun sejak kedua sekolah berdiri, bahkan hingga kini belum mendapat solusi permanen dari pemerintah daerah.

Akibat krisis air tersebut, para siswa terpaksa membawa air sendiri dari rumah menggunakan jeriken hanya untuk kebutuhan dasar, termasuk keperluan di toilet sekolah.

Kepala SMPN 22 Bengkulu Tengah, Kastawi, M.Pd, mengatakan keterbatasan air bersih telah menjadi persoalan lama yang belum kunjung teratasi. Pihak sekolah, katanya, terpaksa membuat kesepakatan agar siswa membawa air secara bergiliran.

“Kesulitan air ini sudah lama kami rasakan. Sampai sekarang siswa harus membawa air sendiri ke sekolah. Seminggu dua kali mereka diminta membawa jeriken untuk kebutuhan toilet,” ujar Kastawi.

Ia menjelaskan, saat ini terdapat satu unit sumur manual di lingkungan SDN 39. Namun, sumur tersebut sudah lama mengering dan tidak lagi berfungsi.

“Sumur manual memang ada, tetapi sudah kering. Jangankan untuk berbagi dengan SMPN, kebutuhan siswa SD saja tidak mencukupi,” terangnya.

Kastawi menambahkan, secara keseluruhan terdapat 13 toilet pada sekolah satu atap tersebut. Namun, hampir semuanya tidak dapat difungsikan karena ketiadaan air bersih.

“Percuma kami punya banyak toilet, tetapi tidak bisa digunakan. Semua itu karena tidak ada sumber air,” katanya.

Sebagai upaya tindak lanjut, pihak sekolah telah menyampaikan permasalahan ini kepada anggota DPRD Bengkulu Tengah, Doni Erian, S.E. Mereka kemudian diarahkan untuk mengusulkan bantuan melalui proposal resmi.

“Kami sudah menyampaikan langsung dalam beberapa pertemuan. Tahun ini juga sudah bertemu dengan anggota dewan dan diarahkan membuat proposal. Berkasnya sudah kami serahkan lewat kepala desa, tetapi sampai sekarang belum ada respons,” jelasnya.

Menurut Kastawi, kebutuhan paling mendesak saat ini adalah pembangunan sumur bor agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lebih layak dan higienis.

“Kami hanya meminta dibuatkan satu unit sumur bor. Kalau tidak bisa masing-masing sekolah, minimal satu saja. Yang penting anak-anak tidak perlu lagi membawa air dari rumah,” pungkasnya.(one)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan