Canggih! Kini Ada Stetoskop AI, Deteksi Penyakit Jantung Koroner dan Gagal Jantung

ilustrasi--

Dipimpin oleh para peneliti di Imperial College London, uji coba baru ini melibatkan 100 praktik  dokter umum di barat laut London dan Wales Utara serta merekrut lebih dari 3 juta pasien untuk menerima pemeriksaan  stetoskop AI atau melanjutkan perawatannya.

Selain itu, pemanfaatan stetoskop dengan teknologi canggih juga dapat mendiagnosis pneumonia.

Sebuah proyek kolaborasi antara para insinyur, dokter, dan pakar kesehatan masyarakat di Johns Hopkins University, Baltimore, Amerika Serikat membuat perangkat teknologi digital untuk menangkap suara yang dilengkapi peredam bising, dan  AI untuk membantu petugas  kesehatan membuat diagnosis pneumonia yang akurat.

Perangkat berupa  stetoskop pintar (smart stethoscope) dapat digunakan di seluruh dunia untuk mencegah anak-anak meninggal karena pneumonia. Stetoskop elektronik yang lebih modern dapat memperkuat suara.

Perangkat medis yang diaplikasikan dengan teknologi pendukung ini dapat menyaring kasus pneumonia dengan membedakan yang normal dan yang tidak normal pada pola pernapasan, khususnya mencari suara mengi yang dapat mengindikasikan adanya cairan dan peradangan di paru-paru.

Studi pengujian untuk menilai seberapa baik  stetoskop elektronik berfungsi di lingkungan yang bising dan seberapa akurat diagnosis pneumonia di seluruh populasi pasien yang beragam.

Peneliti juga mengevaluasi suara paru-paru, kemudian memvalidasi diagnosis dengan membandingkannya dengan diagnosis yang dibuat melalui rontgen dada dan penilaian pendengaran dari para ahli pulmonologi.

Studi di atas tertuang dalam jurnal berjudul, The  Stethoscope Gets Smart: Engineers from Johns Hopkins are giving the humble  stethoscope an  AI upgrade, yang dipublikasikan di HHS Public Access pada Februari 2019.

Butuh Pemeriksaan Penunjang

Di Indonesia, Kementerian  Kesehatan RI sudah merekomendasikan deteksi dini penyakit jantung sangat dianjurkan pada orang-orang usia di atas 40 tahun dan juga kelompok risiko tinggi, misalnya pada mereka yang memiliki hipertensi atau diabetes.

Untuk memeroleh hasil diagnosis akurat, terdapat skrining atau pemeriksaan penunjang, yaitu dengan rekam jantung (elektrokardiografi), treadmill test, USG jantung (ekokardiografi) dan lainnya.

Selaras dengan rekomendasi di atas,  dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Anwar Santoso menegaskan, upaya penegakan “diagnosis pasti” dari semua penyakit jantung dan pembuluh darah tetap membutuhkan alat-alat penunjang.

“Dibutuhkan alat-alat penunjang seperti Chest X-ray, pemeriksaan laboratorium terkait, Echocardiography, cardiac-MRI, dan CT-scan. Masing-masing pemeriksaan penunjang tersebut ada indikasi untuk penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah yang sudah saya sebutkan tadi,” tegasnya.

Adapun untuk praktik medis di rumah sakit,  dokter masih menggunakan  stetoskop konvensional.

“Jadi,  stetoskop konvensional masih dipakai karena teknologi ini (stetoskop  AI) belum masuk dan diterapkan di Indonesia. Tentunya, stetoskop konvensional dipakai sebagai langkah diagnostik awal, sebelum dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut,” terang dr. Anwar.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan