Dosa Pertama
--
Oleh: Dahlan Iskan
"Bung, tolong diralat ya. Kabupaten Dairi itu bukan tanah Batak. Tapi tanah Pakpak. Jangan sampai kami orang Dairi tersakiti oleh Disway karena disebut tanah Batak".
Itu dikirim langsung ke saya. Begitulah sebagian orang Pakpak bereaksi atas tulisan di Disway kemarin. Tidak hanya Pakpak. Ternyata orang Karo juga tidak bisa disebut Batak. Pun orang Mandailing. Berarti penyebutan Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Mandailing itu keliru. Yang disebut Batak ternyata hanya Tapanuli –lebih tepatnya Tapanuli Utara. Atau disebut juga Batak Toba.
Masalahnya migrasi penduduk sudah sangat tinggi. Orang Batak sudah banyak di Pakpak. Orang Pakpak banyak di Karo. Orang Karo banyak di Mandailing. Mereka juga kawin-mawin antar sub-ras dan antar marga.
Maka Kabupaten Dairi pun sudah lebih banyak dihuni oleh orang Batak. Orang Pakpak menjadi agak minoritas. Mereka lebih terlihat homogen yang tinggal di kabupaten Pakpak Bharat.
Pun dalam hal agama. Kian campur. Meski tetap minoritas jumlah Muslim bertambah di Dairi. Mungkin kini sudah mencapai 15 persen. Kristen masih 85 persen.
Tapi di hari Natal 25 Desember kemarin saya terbangun pukul 04.00 oleh suara tahrim azan subuh. Begitu keras. Menggema dari pengeras suara masjid di tengah kota Sidikalang.
Saya pun ke masjid itu. Jalan kaki. Yang salat subuh satu baris. Itulah masjid Agung Sidikalang –ibu kota kabupaten Dairi. Dulunya masjid kayu. Kecil. Tahun 1986 dibangun oleh Presiden Soeharto lewat program Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila.
Selesai salat saya bertanya pada imam: apakah suara azan yang begitu keras di pagi buta tidak dipersoalkan penduduk yang mayoritas Kristen. "Tidak. Di sini hubungan antar agama sangat baik," jawabnya.
Lalu saya menghampiri sekelompok jamaah yang lagi berbincang di sudut masjid. Ternyata mereka sedang rapat: membagi tugas dakwah. Ternyata mereka dari kelompok jamaah tabligh.
Selesai subuh saya masuk ke toko yang buka 24 jam. Di situ saya disapa seorang laki-laki yang mengenali saya.
"Saya tahu bapak juga suka durian. Mari ikut saya. Banyak durian di rumah saya. Tinggal metik sendiri".
"Sepagi ini?"
"Hanya 20 menit dari sini".