RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO - Kesenian tradisional Bubu Gilo, salah satu warisan leluhur Suku Lembak Delapan yang berasal dari Bengkulu Tengah, kembali mencuri perhatian. Tarian unik yang menggabungkan unsur mistis dan budaya ini terbukti masih diminati hingga kini.
Mahyudin (61), Ketua sekaligus guru kesenian Bubu Gilo dari Desa Tanjung Terdana, Kecamatan Pondok Kubang, menceritakan sejarah panjang tarian ini. Menurut Mahyudin, Bubu Gilo sudah ada sejak sebelum tahun 1940-an. Legenda menyebutkan, kisah dimulai dengan seorang Datuk bernama Tuan Sleman dan cucunya, Buja Ali Itam, yang menjadi korban penipuan oleh warga sekitar.
Penipuan tersebut berawal ketika seseorang mengaku ingin melangsungkan pernikahan dan memesan banyak sayuran. Namun, setelah sayuran siap, ternyata pihak pengantin tidak datang untuk mengambilnya.
“Awalnya, ada seorang Datuk yang tinggal di kebun bersama cucunya, yaitu Tuan Sleman dan Buja Ali Itam. Suatu hari mereka ditipu oleh penduduk setempat dan akhirnya memutuskan untuk tidak kembali ke desa,” ujar Mahyudin, pada Kamis, 23 Januari 2025.
Kisah tersebut berlanjut dengan pertemuan mereka dengan dua sosok misterius, yakni Karubin dan Katibin, yang diyakini sebagai malaikat. Mereka memberi petunjuk kepada Datuk Sleman untuk kembali ke desa dan membawa sebuah bubu (perangkap ikan) yang telah didandani menyerupai manusia, serta ditarikan dengan iringan lagu khusus. Dari sinilah tercipta tarian Bubu Gilo.
"Sosok tersebut meminta Datuk dan cucunya untuk kembali ke desa, sambil membawa bubu yang dihias seperti manusia atau wayang, yang kemudian dimainkan dengan lagu khusus dalam bahasa Lembak," tambah Mahyudin.
Saat ini, Mahyudin dan kelompoknya terus melestarikan Bubu Gilo. Mereka telah tampil di berbagai acara penting, seperti peresmian gedung Kejaksaan Negeri, dan bahkan pernah ditawari tampil di Malaysia.
"Saat ini, ada sekitar 10 orang murid atau pemain dalam kelompok saya. Kami sudah tampil di berbagai acara, termasuk peresmian gedung Kejari yang baru-baru ini," kata Mahyudin.
Meskipun Bubu Gilo telah banyak diminati, Mahyudin berharap kesenian ini tetap dilestarikan dan dikenal lebih luas lagi.
“Saya berharap kesenian ini terus dilestarikan, dan bisa diundang ke berbagai acara, baik acara besar, penting, atau bahkan acara hiburan dan pernikahan,” harapnya.
Lebih dari sekadar hiburan, Bubu Gilo mengandung nilai-nilai budaya dan sejarah yang mendalam. Tarian ini adalah bukti kekayaan budaya Indonesia, khususnya yang ada di Bengkulu Tengah.(cw1)