Dengan karakter sirkuit yang cenderung pendek, test rider Disway bisa memberi gambaran besar yakni soal akselerasi dan handling motor.
Sebagai awalan, pada lap pertama test rider Disway melakukan adaptasi dengan motor dan sirkuit.
Hal ini penting untuk menentukan titik pengereman dan bukaan gas kembali.
Setelah melibas tikungan terakhir, akselerasi pertama yang dirasakan test rider di atas Aerox Alpha Standard, tenaga sangat responsif.
Seperti disampaikan Service Education PT YIMM Ferry Nurul Fajar, Aerox Alpha standard punya bobot lebih ringan yakni hanya 124 kg.
Maklum varian ini tak dilengkapi teknologi YECVT, dumper dan rear sub tank suspension.
Alhasil, kemampuan handling Aerox Alpha Standard cenderung lebih lincah.
Hal tersebut cukup terasa saat motor diajak manuver keluar masuk tikungan dan melakukan perubahan arah.
Pengeremannya cukup mumpuni, ketika melibas trek lurus rem depannya mau diajak kompromi rider di titik pengereman.
Saking pakemnya, di beberapa sektor sirkuit test rider hanya main rem belakang dengan sedikit colekan saja.
Test rider merasa rem cakram belakang dengan ukuran 230 mm sudah cukup untuk memberi rasa aman. Nggak terasa 4 lap dilibas.
Kemudian test rider kami menjajal varian Aerox Alpha CyberCity yang sedikit lebih berbeda.
Jangan lupa, varian ini hanya dapat dioperasikan dengan teknologi Smart Key System (SKS).
Di lap pertama, test rider kami tak lagi memerlukan adaptasi karena secara feeling gaya berkendara sama persis.
Perbedaan besar antara Aerox Alpha CyberCity dan Standard yakni handling yang lebih baik.
Maklum, frame yang lebih rigid berkat center tunnel pada frame barunya lebih tebal 3 mm dari versi sebelumnya (27 mm ke 30 mm).