Penjelasan Psikiater soal Perilaku Kekerasan Berkaca Dugaan KDRT Armor Toreador pada Cut Intan Nabila
Cut Intan Nabila korban KDRT suami--Instagram--
Bagian otak pre frontal cortex gagal menjalankan fungsinya mengontrol perilaku dan kontrol diri. Bagian otak amigdala menjadi hiper responsif sehingga ada trigger sedikit saja langsung memicu emosional.
Ini semualah yg kemudian berujung pada terjadinya sebuah perilaku kekerasan/agresivitas. Ditambah dengan memori yang traumatis yang tersimpan di area hipokampus membuat adanya 'trigger' yang mengingatkan peristiwa tidak menyenangkan dapat memicu kemarahan dan agresivitas.
Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Kekerasan :
- Faktor genetik dalam keluarga dengan riwayat perilaku kekerasan
- Adanya tumor otak, trauma kepala
- Gangguan metabolik, penyakit fisik
- Pemakaian alkohol, narkoba seperti shabu, ekstasi, tramadol, triheksifenidil, dextrometorphan, ganja, sinthe, dll
- Riwayat menjadi korban perlakuan kekerasan, baik verbal, fisik, seksual di masa sebelumnya
- Menyaksikan perilaku kekerasan dalam kehidupan sehari hari, di rumah atau lingkungan sekitar
- Menjadi korban bullying
- Paparan media mengenai kekerasan, film, games, tontonan youtube, TV, medsos, dll
- Stresor psikososial dalam kehidupan sehari hari (masalah keuangan, pertengkaran, perceraian, pendidikan, PHK, situasi tempat tinggal, dll)
Diagnosis Gangguan Jiwa dengan gejala Perilaku Kekerasan
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V), beberapa gangguan kejiwaan yg ditandai adanya agresivitas/perilaku kekerasan antara lain :
□ Oppositional defiant disorder (ODD)