Berbagai penelitian telah dilakukan dengan membandingkan antara ablasi dengan obat.
"Ternyata yang diablasi lebih sedikit kejadian strokenya, lebih sedikit bolak-balik ke rumah sakit karena keluhan berdebar, lebih panjang umurnya, lebih bagus quality of life-nya," paparnya.
"European Society of Cardiology, American Heart Association, Asia Pacific Heart Rhythm Society, semua menganjurkan ablasi menjadi first line untuk Pengobatan AF," tandasnya lagi.
Dijelaskannya, ablasi bekerja dengan mematikan sumber-sumber AF dengan dua cara, yakni pemanasan (radio frekuensi) dan pendinginan menggunakan gas helium (cryo).
"Ablasi itu mematikan listrik di dalam situ (lubang muara pembuluh darah). Kemudian juga membentengi/membuat barier supaya terisolasi terhadap jaringan jantungnya," paparnya.
Dengan begitu, meski listrik mengalir dari sumber-sumber tersebut, tidak akan masuk ke jaringan jantung dan memengaruhi pemompaan aliran darah.
Tingkat keberhasilan ablasi juga dinilai sangat baik, yakni 86% pasien tidak mengalami kekambuhan setelah 1 tahun.
"Tingkat keberhasilan kita untuk tetap iramanya normal setelah diablasi dalam pengamatan 1 tahun (long term result) di angka 86%. Angka ini kurang lebih setara kalau kita melakukan tindakan ini di Mayo Clinic di Amerika." (**)