POLKUM - Formasi Indonesia Moeda kembali menggelar diskusi bertajuk “Potensi Polarisasi Antara Kelompok Nasionalis Vs Nasionalis, Satu Putaran Jadi Solusi?" berlangsung di Longue Room, Universitas Nasional (UNAS), Senin (4/12/2023).
Koordinator Nasional (Kornas) Formasi Syifak Muhammad Yus menyampaikan pada dasarnya, polarisasi adalah sesuatu yang sehat dan alami.
Sebab, apabila tidak ada partai politik dan pilihan capres dan cawapres yang berbeda, maka masyarakat tidak akan memiliki pilihan.
Hanya saja, yang harus dihindari adalah polarisasi yang membelah sesama anak bangsa.
Namun, menurutnya polarisasi dalam kompetisi politik kerap dianggap sebagai bagian dari pertarungan hidup dan mati.
“Tentu kita masih ingat bagaimana kerasnya polarisasi yang terjadi selama proses pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017 lalu, antara pendukung pasangan Anies-Sandi dengan pendukung pasangan Ahok-Djarot,” ujar Syifak dalam paparannya di Jakarta.
Menurut dia, polarisasi terjadi antara kelompok nasionalis yang diisi oleh pendukung Ahok-Djarot dengan kelompok agamis yang di dalamnya terdiri dari pendukung Anies-Sandi.
“Polarisasi itu terjadi hingga akar rumput, terjadi di perkampungan, komplek, bahkan hingga di gang-gang sempit perkampungan,” ujar Syifak.
Menurut Syifak, polarisasi itu terjadi bukan hanya di DKI Jakarta, bahkan sampai ke daerah lain yang dekat Jakarta dan masih berlanjut bahkan setelah Pilgub DKI Jakarta selesai.
Hal itu menjadi catatan kelam bagi demokrasi bangsa Indonesia. Fenomena itu menunjukkan bahwa demokrasi kita masih belum sehat.
“Dalam sejarah politik Indonesia, polarisasi pernah terjadi pada tahun 1965 antara kelompok nasionalis dan nasionalis. Pada tahun tersebut, terjadi gencatan senjata antarkedua kelompok yang sama. Keduanya sama-sama mengatasnamakan nasionalisme,” urainya.
Kedua, menurut Syifak, polarisasi antara kelompok nasionalis dan nasionalis juga terjadi tahun 1998.
“Masyarakat terpecah belah akibat polarisasi itu. Bahkan telah menimbulkan korban jiwa atas polarisasi yang terjadi pada masa itu,” katanya.
Lebih lanjut, Syifak mengatakan Pilpres 2019 antara Jokowi vs Prabowo juga menjadi catatan tersendiri.
Masyarakat pendukung Prabowo dan pendukung Jokowi terbelah hingga akar rumput.