Terungkap! Ini Dia Alasan Sewa Lapak Rest Area Tol Bengkulu-Taba Penanjung Masih Minim Peminat

Rabu 05 Feb 2025 - 22:18 WIB
Reporter : Nugroho Bayu Santoso
Editor : Leonardo Ferdian

RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO – Fasilitas dan sarana prasarana seperti tempat penyewaan lapak di kawasan Rest Area Tol Bengkulu-Taba Penanjung nampaknya belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat, khususnya pelaku usaha. Terbukti, saat ini lapak yang disediakan untuk disewa masih minim peminat.

Kades Lagan, Arian Gusti menjelaskan bahwa awalnya ia tidak mengetahui adanya lapak untuk berjualan di rest area tersebut. Setelah mendapatkan informasi, ia kemudian memberitahukan kepada pengusaha kecil dan pelaku UMKM di desanya.

"Awalnya saya pernah berkunjung ke rest area itu, saya kira lapak untuk berjualan itu belum ada. Ternyata saat tiba di sana dan mengobrol dengan pihak di sana, ternyata lapak itu sudah ada. Ternyata selama ini kami kurang informasi terkait lapak itu,’’ ujar Arian. 

BACA JUGA : https://rakyatbenteng.bacakoran.co/read/10877/dispora-luncurkan-program-maraton-10-k-perdana-di-kabupaten-bengkulu-tengah

Arian menambahkan bahwa alasan utama para pengusaha kecil belum mau berjualan di rest area adalah kurangnya informasi terkait ketersediaan lapak dan harga sewa lapak yang masih terlalu tinggi. Harga sewa lapak termurah di rest area tersebut mencapai Rp1 jutaan per bulan.

‘’Setelah saya mengobrol dengan beberapa pelaku usaha kecil di desa, mereka mengatakan bahwa alasan mereka belum mau berjualan di sana adalah yang pertama, pembeli atau konsumennya dari mana dan agak kurang. Yang kedua, harga sewa lapak yang masih terlalu tinggi,’’ kata Arian.

Sementara, seorang pemilik usaha seblak, Eka mengungkapkan kekhawatirannya terkait berjualan di rest area. Ia ragu apakah konsumen akan ramai dan khawatir tidak bisa membayar uang sewa lapak.

BACA JUGA : https://rakyatbenteng.bacakoran.co/read/10876/binlat-polri-2025-di-kabupaten-bengkulu-tengah-kembali-dibuka-secara-gratis-catat-tanggal-pendaftarannya

"Bukannya tidak mau berjualan di sana, tetapi siapa yang mau beli jika jualan di sana? Konsumennya kurang dan hanya mengandalkan konsumen yang singgah," ujar Eka. 

"Harga sewanya juga takutnya kami tidak bisa membayar. Kalau jualan di desa ini, konsumennya ramai, mulai dari anak sekolah dan masyarakat lainnya. Pendapatan saya itu sehari Rp500 ribu kalau sedang ramai. Jika jualan di sana belum tentu bisa dapat Rp500 ribu sehari, kemungkinan cuma 1-2 mobil yang singgah,’’ lanjutnya.(cw1)

Kategori :