TPPS Benteng Laksanakan Rembuk Stunting Tingkat Kabupaten
--
RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO - Dalam upaya memastikan terintegrasinya pelaksanaan intervensi penurunan stunting antara Organisasi Perangkat Daerah (OPD), sektor terkait, lembaga non-pemerintah, dan masyarakat, Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng) menggelar Rembuk Stunting untuk mengoptimalkan pelaksanaan 8 aksi konvergensi stunting di wilayah tersebut.
Kegiatan rembuk ini dibuka langsung oleh Staf Ahli Bupati Bidang SDM dan Kemasyarakatan Setdakab Benteng, Gunawan R, SE, MM. Hadir dalam acara ini Kepala Dinas P3AP2KB Benteng, Gusti Miniarti, S. Kep MH, Kadinkes Benteng, Barti Hasibuan, SKM, serta perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu, Yusran Fauzi, S. Si, M. Kes, dan sejumlah pejabat terkait lainnya.
Dalam laporannya, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Benteng, Gusti Miniarti, menyampaikan bahwa pada tahun 2024, kasus stunting di Kabupaten Benteng meningkat 2,2% dibandingkan tahun sebelumnya atau 21,2% menjadi 23,2%. Kenaikan angka ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatan anak-anak mereka di posyandu.
"Kurangnya pemahaman masyarakat tentang stunting adalah faktor utama penyebab meningkatnya angka stunting tahun ini. Kami menemukan bahwa banyak yang belum memahami apa itu stunting," ujar Gusti.
Meskipun peran Bhabinsa dan Bhabinkamtibmas dalam mengajak masyarakat untuk memeriksakan kesehatan anak dan ibu telah cukup berhasil, Gusti menekankan bahwa masih ada rasa keterpaksaan dalam melaksanakan pemeriksaan kesehatan tersebut.
Menurut data EPPGBM, dari total 8.406 balita di Benteng, terdapat 319 balita yang terindikasi stunting. Berbagai upaya telah dilakukan oleh TPPS, namun evaluasi terhadap pelaksanaan program masih menunjukkan hasil yang belum optimal.
Sementara itu, Yusran Fauzi, perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu, menyampaikan bahwa melalui rembuk stunting ini diharapkan ada dua hasil utama: pertama, komitmen pemangku jabatan dan sektor terkait untuk penurunan stunting, dan kedua, perencanaan intervensi gizi terintegrasi yang akan dimasukkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun depan. Meskipun pelaksanaan rembuk stunting ini mengalami keterlambatan, Fauzi berharap hal ini menjadi momentum percepatan penanganan stunting.
"Selama ini, analisis kami menunjukkan bahwa kenaikan kasus stunting di Benteng salah satunya disebabkan oleh kurang fokusnya pada pencegahan, dan lebih pada penurunan angka stunting," jelas Fauzi.
Gunawan R, SE, MM, Staf Ahli Bupati Bidang SDM dan Kemasyarakatan, menjelaskan bahwa rembuk stunting ini merupakan komitmen dalam mempercepat pencegahan dan penurunan stunting. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan antara lain pemberian makanan tambahan (PMT), perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pendampingan calon pengantin dan ibu hamil, kampanye gemar makan ikan (Gemarikan), penanganan sampah, serta pelatihan kader dan gerakan pemanfaatan pekarangan untuk cegah stunting (Gempita Canting).
"Salah satu solusi untuk mengatasi masalah stunting ini adalah mengoptimalkan koordinasi dan sinkronisasi data hingga tingkat desa. Kami berharap ke depan semua sektor terkait dapat bekerja sama dengan baik untuk menurunkan angka stunting," pungkas Gunawan. (ae2)