Kerajinan Besi di Bengkulu Tengah Terancam Punah, Pengrajin Harap Dukungan Pemerintah
Saparudin, salah satu pengrajin besi yang masih bertahan di Desa Karang Tinggi--
RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO - Pengrajin besi atau pandai besi di Kabupaten Bengkulu Tengah semakin langka. Profesi yang telah menjadi warisan turun-temurun ini mulai tersisih oleh profesi lain yang lebih menjanjikan, seperti kerajinan meubel kayu, aluminium serta persaingan dari produk impor di era modern.
Hal ini menjadi tantangan berat bagi Saparudin (60), salah satu pengrajin besi yang masih bertahan di Desa Karang Tinggi Kecamatan Karang Tinggi Kabupaten Bengkulu Tengah. Saparudin memulai usahanya sebagai pengrajin besi sejak tahun 1990 dan hingga kini ia masih setia dengan profesinya.
Jenis kerajinan yang dibuat oleh Saparudin sangat beragam, mulai dari pedang, parang, hingga sabit (celurit), semuanya disesuaikan dengan pesanan pelanggan.
"Saya mulai usaha ini sejak tahun 1990. Awalnya saya membuat kerajinan besi dengan cara tradisional, namun kini sudah menggunakan mesin. Jenis kerajinan yang saya buat pun bervariasi, seperti pedang, parang, sabit, dan menyesuaikan dengan pesanan pelanggan," ujar Saparudin.
Untuk mempermudah proses pembuatan kerajinan, Saparudin mendapat bantuan mesin dari pemerintah melalui usulan keluarga yang bekerja di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag).
"Mesin ini saya dapatkan berkat usulan keluarga yang bekerja di Disperindag. Dulu ada bantuan alat mesin kerajinan besi dan kebetulan saya yang mendapatkannya," tambahnya.
Saat ini, Saparudin mampu membuat 5 hingga 10 kerajinan per hari. Pesanan datang dari berbagai daerah, mulai dari Bengkulu Tengah, Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara hingga Palembang. Harga kerajinan besi ini bervariasi, mulai dari Rp 40.000 hingga Rp 350.000, tergantung pada kualitas dan jenis barang yang dipesan.
"Untuk harga parang pendek itu sekitar Rp 40.000, parang biasa Rp 70.000, sabit atau celurit Rp 70.000-Rp 100.000, dan pedang bisa mencapai Rp 200.000-Rp 350.000, tergantung dari bahan dan modifikasi yang diinginkan pelanggan," ujarnya.
Sebagai pengrajin, Saparudin mengaku dapat menghasilkan pendapatan sekitar Rp 4.000.000 hingga Rp 5.000.000 per bulan, meskipun sebagian pendapatan tersebut digunakan untuk membeli bahan baku.
"Bahan baku yang saya gunakan biasanya berupa besi bekas, seperti besi baja pir dari mobil dan lainnya. Saya membeli bahan tersebut sekitar Rp 200.000 per hari. Jika membeli besi baru, harganya bisa lebih mahal," jelasnya.
Saparudin berharap agar pemerintah memberikan perhatian lebih kepada pengrajin besi di Bengkulu Tengah agar kerajinan besi asli daerah ini dapat tetap bersaing.