Indonesia Miliki Desa Bijak Antibiotik Pertama, Tingkatkan Kesadaran Penggunaan Obat yang Tepat
--
RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO - Indonesia memiliki Desa Bijak Antibiotika (Sajaka) pertama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait penggunaan obat antibiotik.
Dilansir dari disway.id, Koordinator Udayana OHCC Prof. Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Sp.MK(K). mengungkapkan bagaimana program ini dapat menjangkau ratusan masyarakat dari berbagai lapisan.
Di mana, program ini bukan hanya mempromosikan pengetahuan, melainkan turut membangun pondasi kuat bagi kesadaran kolektif tentang pentingnya penggunaan antibiotik yang bijak.
"Kami berhasil mengedukasi sebanyak 399 ibu rumah tangga di 4 desa dan memperkuat peran mereka sebagai pengambil keputusan dalam kesehatan keluarga," ungkap Sri pada diseminasi laporan Sajaka secara daring, 20 November 2024.
SAJAKA sendiri juga telah menjangkau 419 siswa melalui edukasi interaktif tentang antibiotik dan antimicrobial resistance (AMR) untuk membangun kesadaran sejak dini.
BACA JUGA : https://rakyatbenteng.bacakoran.co/read/8652/melawan-kanker-otak-lakukan-deteksi-dini-dengan-5-rangkaian-tes
Program ini menggunakan metode yang menjangkau ratusan warga dan tenaga kesehatan melalui pendekatan lintas sektoral, peningkatan kesadaran keluarga, dan keterlibatan sekolah.
Ketiga faktor krusial tersebut bertujuan mengatasi pandemi senyap atau silent pandemic resistensi antimikroba (antimicrobial resistance) yang sebenarnya terjadi di masyarakat.
Sebanyak 15 edukator bersama tenaga kesehatan lainnya mengikuti pelatihan dan diskusi kolaboratif yang memperkuat pemahaman dan praktik pemberian antibiotik yang bertanggung jawab.
Pentinya program ini mengingat resistansi antimikroba merupakan salah satu isu kesehatan global yang mendesak.
Untuk diketahui, diperkirakan sebanyak 1,27 juta kematian global pada 2019 akibat AMR bakteri.
Bahkan, diproyeksikan 10 juta krmatian per tahun terjadi pada 2050 apabila penggunaan antibiotik yang tidak rasional terus dilakukan.
Maka dari itu, program Sajaka yang telah berlangsung sejak Juli 2022 ini diharapkan dapat berjalan secara berkelanjutan demi menurunkan angka proyeksi tersebut.