Resistensi Antibiotik Jadi Silent Pandemi, Waspada saat Konsumsi Ayam dan Ikan
Ilustrasi--
"Jadi kalau misal antibiotika digunakan untuk ternak, bukan dalam kondisi untuk mengobati infeksi, maka dia diberi dalam dosis yang kecil dosis," terang Koordinator Udayana OHCC Prof. Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, SpMK(K) pada diseminasi pembentukan Desa Bijak Antibiotika secara daring, 20 November 2024.
Rupanya, pemberian antibiotik tidak hanya mengobati infeksi, tetapi juga memberikan efek samping berupa pertumbuhan yang cepat.
"Dosis yang kecil itu ternyata efek sampingnya adalah meningkatkan pertumbuhan ayam sehingga ayamnya cepat gemuk, jadi ada efek grow vectornya yang dicari sehingga ayam-ayam itu, jadi cukup gemuk," lanjutnya.
Di sisi lain, ayam juga memiliki bakteri-bakteri yang hinggap di tubuhnya secara umum dan merupakan bagian dari sistem imun.
"Jika ini terpapar antibiotika dalam dosis kecil secara terus menerus, maka bakteri ini akan membela diri. Dia akan membuat pertahanan sehingga dia kebal terhadap antibiotik tersebut sehingga akan timbul bakteri-bakteri pada ayam tersebut yang kebal terhadap antibiotika ketika dikonsumsi."
Lebih lanjut, ayam yang terkontaminasi bakteri resisten antibiotik tersebut akan berpindah ke manusia ketika dikonsumsi.
"Nah kalau ini yang kita konsumsi kita terkontaminasi dengan bakteri ini maka bakterinya bisa pindah ke kita, kalau kita terinfeksi oleh bakteri itu maka tidak ada."
Tak hanya itu, kandungan antibiotika yang disuntikkan ke ayam juga akan tetap bertahan dan turut berpindah ke manusia.
"Kita mengkonsumsi daging ayam itu sehingga kita secara tidak langsung mengkonsumsi antibiotika dalam dosis rendah dan itu pun terjadi bakteri dalam tubuh kita pelan-pelan akan berubah menjadi resisten, menjadi kebal," tuturnya.
Dengan timbulnya bakteri yang kebal ini maka akan melahirkan yang dinamakan silent pandemi.
"Jadi perjalanannya dia dari peternakan yang mengkonsumsi antibiotika atau memberi antibiotika hingga menjadi terinfeksi bakteri di ICU itu pelan, nggak ada yang tahu hingga ujung-ujungnya banyak orang yang meninggal karena bakteri yang resisten," tandasnya.
Ia mengaku tak jarang menemukan kondisi ini hingga banyaknya orang meninggal akibat bakteri yang tidak dapat disembuhkan oleh antibiotik. (**)