Pelatihan Bahasa Jepang Disnakertrans Benteng Dianggap Mubazir Anggaran, Kabid Beri Penjelasan Begini

--

RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO - Dibuka pelatihan bahasa Jepang oleh Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng) yang bekerjasama dengan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Kaizu Gakkou sempat menuai kritikan dari salah satu aktivis. Hal ini lantaran anggaran yang dinilai besar ini mubazir dipergunakan. Pasalnya, peserta yang mengikuti pelatihan tidak akan seluruhnya mendapatkan pekerjaan langsung ke Jepang.  

Menanggapi hal tersebut, Kepala Disnakertrans Benteng, Tarmizi, M.PSi melalui Kabid Tenaga Kerja, Gala Putra Wijaya, S.T, M.M mengatakan, pihak Disnakertrans dan LPK Kaizu Gakkou telah melakukan beberapa tahapan sebelum masuk dalam pelatihan tersebut. Ketika tahap pertama masuk ke LPK ini, ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh peserta. Yakni, tes tertulis dan wawancara.

BACA JUGA : https://rakyatbenteng.bacakoran.co/read/5940/gerakan-lima-kamis-kritik-kursus-bahasa-jepang-menguras-anggaran

Tujuannya adalah agar mereka bisa yakin dan paham apa yang akan mereka lakukan. Mereka bisa berbahasa Jepang itu outputnya, untuk incomenya mereka bisa memanfaatkan bahasa Jepang ini dengan harapan mereka bisa bekerja di Jepang. 

‘’Kami hanya memfasilitasi pelatihan berbahasa Jepang, bukan untuk keberangkatan,’’ jelas Gala.

Gala menuturkan, untuk anak yang bisa berangkat atau tidak tergantung dengan pesertanya sendiri. 

‘’Kita tidak bisa menakar daya tangkap anak. Jika memang mereka (peserta, red) belum dapat berdialog bahasa Jepang dan memiliki attitude yang kurang, kami belum bisa melepaskannya. Keberangkatan ke Jepang itu tergantung dengan anak itu sendiri tentang skill dan daya tangkapnya,’’ jelas Gala.

BACA JUGA : https://rakyatbenteng.bacakoran.co/read/5964/salahi-permendagri-akhirnya-surat-hasil-seleksi-capaskibraka-bengkulu-tengah-direvisi-ini-penampakannya

Sementara itu, terkait dengan anggaran untuk Balai Latihan Kerja (BLK) lebih kurang senilai Rp800 juta. Uang saku peserta sebanyak 80 orang senilai Rp300 jutaan.

‘’Kita mendasar dari SBU-nya BLK. SBU paling tinggi diangka Rp300 ribu per jam per kelas untuk 16 orang. Tetapi kami ambil sebagian saja menjadi Rp140 ribu. Untuk makan selama pelatihan, 1 kali makan siang dan 2 kali snack. Untuk uang saku peserta dengan nilai lebih dari Rp300 jutaan. Itu juga belum termasuk dengan perjalanan dinas dan honorium narasumber di kegiatan pembukaan dan penutupan. Anggaran itu untuk 8 bulan, pelatihan BLK 2 bulan dan LPK 6 bulan,’’ demikian Gala.(one)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan