Gerakan Lima Kamis Kritik Kursus Bahasa Jepang Menguras Anggaran
Nasirwandi--
RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO – Kursus bahasa Jepang yang dilaksanakan oleh Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng) bekerjasama dengan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Kaizu Gakkou mendapat kritikan dari Gerakan Lima Kamis.
Pasalnya, 80 peserta yang sudah mendapatkan kursus tersebut belum dapat dipastikan seluruhnya bakal diberangkatkan untuk bekerja di Jepang. Selain itu, anggaran yang digunakan dinilai cukup besar.
Aktivitas Gerakan Lima Kamis, Nasirwandi mengatakan, dengan anggaran yang tidak sedikit dan belum dipastikan keseluruhan peserta dapat berangkat bekerja di Jepang, merupakan hal yang sangat mubazir. Menurutnya, lebih baik dilakukan penjaringan peserta terlebih dahulu, kemudian barulah mendapatkan kursus pra keberangkatan.
‘’Kita masih banyak keperluan lain, jangan menghamburkan uang negara. Kalau tidak ada kepastian akan bekerja langsung ke Jepang, lebih baik dilakukan penjaringan terlebih dahulu. Itu total peserta sebanyak 80 orang, dan hanya 1 kelas sebanyak 16 orang yang berkesempatan besar berangkat ke Jepang. Jika dilakukan penjaringan, tentu tidak akan menguras anggaran besar,’’ pungkas Nasirwandi.
Sementara, Ketua Sense LPK Kaizu Gakkou Nakau, Peri Putra Hardiansyah membenarkan, dari 80 peserta hanya diambil yang memang benar-benar layak berangkat bekerja ke Jepang. Termasuk ada beberapa kelas yang disediakan, kelas terbaik merupakan harapan besar bisa berangkat. Penempatan kelas juga diatur dari tingkah laku, sikap dan daya tangkap peserta.
‘’Ya, memang ada beberapa kelas yang disediakan. Kita ada 5 kelas. Dalam 1 kelas berjumlah 16 orang. Memang kelas terbaik itu yang ada harapan besar untuk berangkat ke Jepang. Itupun untuk biaya keberangkatannya di tanggung secara pribadi,’’ jelas Peri.
Sementara, Kepala Disnakertrans Benteng, Tarmizi, M.PSi melalui Kabid Tenaga Kerja Disnakertrans Benteng, Gala Putra Wijaya, S.T, M.M menjelaskan, untuk anggaran keseluruhan belum dilakukan penghitungan. Namun anggaran untuk Balai Latihan Kerja (BLK) lebih kurang senilai Rp800 juta. Uang saku peserta sebanyak 80 orang senilai Rp300 jutaan.
‘’Kita mendasar dari SBU-nya BLK. SBU paling tinggi diangka Rp300 ribu per jam per kelas untuk 16 orang. Tetapi kami ambil sebagian saja menjadi Rp140 ribu. Untuk makan selama pelatihan, 1 kali makan siang dan 2 kali snack. Untuk uang saku peserta dengan nilai lebih dari Rp300 jutaan. Itu juga belum termasuk dengan perjalanan dinas dan honorium narasumber di kegiatan pembukaan dan penutupan. Anggaran itu untuk 8 bulan, pelatihan BLK 2 bulan dan LPK 6 bulan,’’ jelas Gala.(one)