Katarak Ancam Kebutaan, 8,1% Pasien Takut Dioperasi

ilustrasi--

RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO - Katarak bisa diobati, salah satunya dengan operasi.

Dilansir dari disway.id, Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) mengungkapkan bahwa penyandang kebutaan berjumlah 1,6 juta orang.

Diketahui, 80% di antaranya disebabkan oleh katarak. Padahal, katarak sebenarnya bisa direhabilitasi dengan operasi. Namun masih banyak penyandang katarak yang belum menjalani operasi.

Terungkap bahwa kebanyakan dari mereka tidak mengetahui mengidap gangguan penglihatan.

Terlihat dari data Kementerian Kesehatan (2021) bahwa 51,6% alasan utama orang tidak operasi katarak karena tidak menyadari menyandang operasi. Sedangkan 11,6% enggan operasi karena tidak mampu dalam hal pembiayaan dan 8,1% takut dioperasi.

BACA JUGA : https://rakyatbenteng.bacakoran.co/read/4255/5-tips-tidur-nyenyak-dan-berkualitas-nomor-1-jarang-dilakukan

Ketua Seksi Penanggulangan Buta Katarak (SPBK) PERDAMI dr. Ahmad Ashraf Amalius, MPH, Sp.M(K), M.Kes menjelaskan, terdapat empat permasalahan dalam pelayanan katarak.

"Problem pelayanan katarak adalah A, awareness; B, barriers of surgery; C, cost; dan D, distance," terangnya pada JEC Eye Talks Bulan Kesadaran Katarak 2024 di Jakarta, Kamis, 27 Juni 2024.

Oleh karena itu, kerja sama lintas sektoral sangatlah penting untuk mengatasi permasalahan tersebut, terutama dalam hal meningkatkan kesadaran masyarakat.

"Kami di PERDAMI selalu berdampingan dengan pemerintah dan stakeholder lainnya, seperti JEC, dalam membantu masyarakat Indonesia terbebas dari gangguan penglihatan dan kebutaan akibat katarak."

Direktur Utama RS Mata JEC RS Mata JEC @ Kedoya DR. Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K) menambahkan, “Situasi bahwa ketidakpahaman mengenai katarak sebagai alasan utama keengganan pasien untuk dioperasi perlu menjadi catatan bersama."

BACA JUGA : https://rakyatbenteng.bacakoran.co/read/4796/7-ciri-ciri-ispa-pada-anak-yang-harus-diwaspadai-dan-cara-mencegahnya

Pasalnya, kualitas hidup seorang penyandang katarak dapat terganggu, seperti harus bergantung pada orang lain, perubahan aktivitas, ancaman kesehatan mental, produktivitas terhambat, serta kerugian finansial.

Di mana, Kementerian Kesehatan juga memperkirakan pengeluaran rata-rata pasien yang mengalami kebutaan mencapai hampir dua kali lipat dari biaya lainnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan