Menghidupkan Kembali Nilai Persaudaraan Manusia
ilustrasi--
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًاۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ
Janganlah kamu memaki (sesembahan) yang mereka sembah selain Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa (dasar) pengetahuan. (QS al-An’am/6: 108).
Dalam sejarah peradaban Islam kita bisa menemukan betapa penerapan prinsip kebebasan beragama tanpa menghina dan melecehkan umat beragama lain itu telah menghasilkan sebuah bangsa yang bersaudara, maju, dan berperadaban. Disebutkan, misalnya, ada warga beragama Yahudi yang menyalin dan memperbanyak kitab suci Al-Qur’an, ada pula warga Kristiani yang menyalin dan memperbanyak kitab Tafsir Ath-Thabari. Mereka berbeda agama, tetapi bersaudara dan saling bekerja sama.
Jamaah Jumat rahimakumullah.
Pada masa sekarang ketika banyak orang tidak lagi peduli dengan nilai-nilai moral agama, ketika dorongan mencari kesenangan dan keuntungan duniawi melebihi dorongan untuk bekerja sama dan saling membantu, kita sangat perlu menghidupkan kembali kesadaran akan nilai-nilai luhur persaudaraan manusia seperti yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Kita menyadari bahwa kemajuan sains dan teknologi, termasuk kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu dahsyat, telah membantu mempermudah kehidupan kita. Komunikasi melalu surat-menyurat yang dahulu memerlukan waktu lama, kini dapat kita lakukan hanya dalam hitungan detik.
Akan tetapi, kemajuan itu ternyata dibarengi dengan kemerosotan moral yang mempengaruhi tindakan dunia internasional dan melemahnya nilai-nilai rohani dan rasa tanggung jawab. Hal itu kemudian melahirkan rasa frustrasi, keterasingan, dan keputusasaan yang membuat banyak orang jatuh ke dalam pusaran ekstremisme ateistik atau ke dalam ekstremisme agama, kekerasan, dan fanatisme buta yang pada akhirnya merugikan kita semua.
Kita perlu menghidupkan kembali nilai-nilai moral dan persaudaraan manusia. Perang yang masih terus berkecamuk di sana-sini itu mengisyaratkan bahwa kita, keluarga besar masyarakat dunia, masih jauh dari ajaran agama tentang persaudaraan manusia.