RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO – Digitalisasi yang semakin berkembang sayangnya tak dimanfaatkan dengan baik oleh sejumlah desa di Kabupaten Bengkulu Tengah. Terbukti, dalam pengelolaan website saja, masih banyak desa yang ditemukan tak memilki bahkan tak aktif dalam pengelolaan. Salah satunya adalah Desa Kota Titik, Kecamatan Pematang Tiga maupun sejumlah desa di Kecamatan Pondok Kelapa.
Kades Padang Betuah, Purnawarman, S.H, mengungkapkan bahwa website desa di desanya sudah tidak aktif sejak setahun terakhir. Menurutnya, kesulitan terbesar dalam mengoperasikan website adalah mencari operator yang kompeten, serta kurangnya kejelasan mengenai penganggaran honor untuk operator tersebut dalam APBDes.
“Website desa sudah tidak aktif sejak tahun lalu. Saya sendiri kurang paham soal teknis pengelolaannya dan kesulitan mencari operator. Selain itu, masalah anggaran honor untuk operator juga belum jelas regulasinya. Kami pernah mendapat janji pembinaan dari provider, namun itu belum terealisasi,” ujar Purnawarman.
Senada dengan itu, Desa Sidodadi hingga kini belum memiliki akses website resmi. Sementara itu, Desa Harapan terakhir memperbarui website pada bulan Mei, dan Desa Pondok Kelapa serta Srikaton hanya mengupdate website terakhir pada bulan September, sedangkan Desa Sidorejo terakhir memperbarui situsnya pada bulan Oktober. Semua website desa tersebut dapat diakses melalui Google Chrome.
Sementara, Kades Harapan, Eriyati, juga mengungkapkan bahwa anggaran operasional untuk pengelolaan website desa tidak tercatat jelas, karena dirinya belum memeriksa rincian APBDes terkait hal tersebut.
Terpisah, Kades Kota Titik, Kecamatan Pematang Tiga, Muslim, mengungkapkan bahwa dia baru menjabat sebagai kepala desa pada akhir 2023 dan berencana untuk segera berkoordinasi dengan perangkat desa untuk mengaktifkan website desa.
BACA JUGA : https://rakyatbenteng.bacakoran.co/read/9318/kades-diperingati-untuk-segera-inventarisir-aset-desa
“Saya baru menjabat di akhir 2023, jadi saya akan berkoordinasi dengan perangkat desa untuk mengoptimalkan website desa. Kami sudah ada operator, namun memang masih belum maksimal,” jelas Muslim.
Di sisi lain, Kabid Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Bengkulu Tengah, Sandarman, S.Sos, M.Si, menegaskan bahwa di era digitalisasi ini sangat penting bagi desa untuk memiliki website. Tanpa website yang aktif, sebuah desa akan kesulitan memperkenalkan dirinya ke dunia luar, termasuk kepada investor yang berpotensi mengembangkan desa tersebut.
“Di era sekarang yang serba digital, desa harus memiliki website agar bisa menyampaikan informasi dengan baik. Jika desa tidak memiliki media untuk memperkenalkan dirinya, maka bagaimana investor bisa percaya dan berinvestasi di desa tersebut?” ujar Sandarman.
Sandarman juga menambahkan bahwa ketiadaan website desa akan merugikan desa itu sendiri, karena akan tertinggal dalam hal pembangunan dan perkembangan. Ia mengungkapkan bahwa pada tahun 2025, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan memberikan dukungan penuh bagi desa untuk membangun website, namun desa itu sendiri harus berinisiatif terlebih dahulu.
“Kominfo akan mendukung penuh desa untuk memiliki website pada tahun 2025. Tapi jika desa tidak berusaha memulai, bagaimana desa itu bisa berkembang?” tambah Sandarman.
Untuk diketahui, website desa memiliki banyak manfaat, antara lain sebagai sumber informasi yang dapat diakses masyarakat, media untuk mempromosikan potensi desa seperti pariwisata dan budaya, serta sarana layanan pengaduan dan transparansi. Website desa juga berfungsi sebagai wadah dokumentasi kegiatan, pengumuman, dan memberikan citra profesional bagi suatu desa.(one/iza)