Namun, dirinya juga mengingatkan kemungkinan bonus demografi semu karena banyak pendatang usia kerja ke Kalimantan Timur.
Apabila IKN dinilai bonus demografinya akan tampak sekali ada cekungan bonus demografi yang tajam. Dependency ratio bahkan bisa di bawah 40.
“Sehingga kesempatan untuk kaya besar, seolah-olah. Padahal pekerja pendatang di sana mengirim uangnya ke keluarga daerah asalnya, tidak dipakai untuk kesejahteraan masyarakat sekitar IKN sehingga ini menjadi bonus demografi yang agak semu. Ini harus menjadi perhatian khusus,” tegas dokter Hasto.
Dia berharap BKKBN dan Otorita IKN dapat bersama-sama membangun kualitas SDM di wilayah IKN.
“Kami optimistis bersama jajaran untuk mempersiapkan keluarga berkualitas, masyarakat di IKN sebagai pilot project," ujar dokter Hasto.
Managing Population by Design
Melalui penandatanganan nota bersama ini, Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Ir. Bambang Susantono berharap akan menjadi awal langkah nyata mewujudkan masyarakat Nusantara zero stunting.
“Banyak orang yang mengatakan IKN identik dengan sesuatu yang modern dan futuristik. Benar, namun IKN akan memiliki dua wajah nanti. Pertama, wajah modern yang di dalamnya kawasan pusat pemerintahan. Di dalamnya ada istana presiden yang futuristik dengan smart building concept, angkutan umumnya tanpa awak, sky taxi,” ujar Bambang.
Adapun wajah kedua di luar wilayah pemerintahan, Bambang menamakannya kota-desa, kota dengan nuansa desa.
“Harus ada lompatan ke depan bagaimana kita membangun SDM dan ini tidak mudah karena sebagian besar adalah transmigran, generasi kedua dan ketiga,” ujar Bambang.
Bambang berharap BKKBN selalu membersamai Otorita IKN dengan dukungan data yang lengkap, untuk 'trace' perkembangan daerah maupun keluarga yang berpotensi stunting.
“No one left behind, kita ingin memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal," ujar Bambang.(**)