Visi Misi Capres Belum Menyelesaikan Masalah Guru, Terlalu Muluk-Muluk
ilustrasi--
POLKUM - Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) memberikan catatan kritis terhadap visi misi para calon presiden (Capres).
Visi misi para capres dinilai belum mampu memberi solusi komprehensif terhadap ragam persoalan pendidikan dan guru di tanah air.
"Isi misi dan program para Capres masih bersifat populis dan belum menyentuh akar masalah pendidikan dan guru," kata Koordinator Nasional P2G Satriwan Salim, Sabtu (9/12).
P2G menilai visi misi Capres-Cawapres belum menyentuh lima persoalan dan isu fundamental guru Indonesia. Pertama, kesejehateraan guru yang sangat rendah.
Kedua, kompetensi guru yang masih rendah. Ketiga rekrutmen dan distribusi guru yang masih amburadul. Keempat, perlindungan guru yang minim. Kelima, buruknya pengembangan karier guru.
P2G mencatat, paslon nomor urut 1 Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, ingin menuntaskan rekruitmen guru ASN. Niat yang perlu diapresiasi, tetapi P2G sangat menyayangkan, solusi yang ditawarkan paslon masih mengambang.
"P2G ingin kepastian agar pasangan AMIN berkomitmen membuka kembali rekrutmen guru PNS, bukan PPPK saja," tegas Satriwan.
Tagline "perubahan" yang diusung pasangan ini, ujarnya, justru tidak menawarkan perubahan sama sekali dalam hal rekrutmen guru, kesejahteraan, peningkatan kompetensi, maupun rekrutmen dan distribusi.
Meski begitu, tambahnya, pasangan AMIN patut diapresiasi karena paling banyak menggunakan idiom pendidikan 110 kali dan guru 45 kali dalam visi misinya.
Paslon nomor urut 2: Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, berjanji menambah tunjangan guru sebesar Rp 2 juta perbulan.
Jika dikalkulasikan akan menyedot APBN sebesar Rp 79,2 triliun pertahun.
Pasangan ini juga berjanji akan menetapkan Upah Minimum Guru Non-ASN secara nasional.
P2G mengapresiasi komitmen pasangan Prabowo-Gibran untuk menetapkan upah minimum guru non-ASN.
Namun, Prabowo-Gibran tidak memberikan solusi secara komprehensif terkait 5 isu fundamental terkait guru.