RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO - BAGI sebagian besar orang, daun pelepah sawit sering dianggap sebagai sampah yang hanya dibiarkan mengering di bawah pohon. Namun, tidak bagi Rizal (43), seorang warga Desa Durian Demang Kecamatan Karang Tinggi Kabupaten Bengkulu Tengah, yang berhasil mengubah lidi daun sawit menjadi kerajinan piring yang menarik dan bernilai jual. Begini kisahnya.
NUGROHO BAYU SANTOSO - BENGKULU TENGAH
Sebelum fokus pada usaha kerajinan piringnya ini, Rizal sempat mengalami musibah dua tahun lalu ketika kakinya terluka akibat mesin pemotong rumput, hingga sempat kesulitan untuk beraktivitas dan berjalan.
"Kaki saya terkena mesin pemotong rumput sejak dua tahun lalu. Sejak saat itu, saya sulit untuk beraktivitas, terutama berjalan," ungkap Rizal saat ditemui pada Rabu 25 Desember 2024.
Selama setahun, Rizal hampir tidak melakukan aktivitas apapun. Namun, seiring berjalannya waktu dan setelah bisa menggunakan tongkat untuk berjalan, Rizal mulai mencari kegiatan baru. Ia terinspirasi oleh kakaknya yang membuat piring dari lidi sawit, dan memutuskan untuk mempelajari kerajinan tersebut.
"Saya mulai membuat piring ini sekitar setahun yang lalu. Awalnya saya melihat kakak saya membuatnya, lalu saya berpikir, daripada terus merasa bosan, lebih baik saya mencoba belajar. Alhamdulillah, sekarang saya bisa membuatnya sendiri," ujar Rizal.
Proses pembuatan piring dari lidi sawit ini cukup memakan waktu. Rizal mengaku bisa menyelesaikan satu lusin piring dalam satu hingga dua hari, tergantung pada pesanan dan ketersediaan bahan. Piring-piring ini dijual di depan rumahnya dengan harga yang cukup terjangkau, yaitu Rp 80.000 per lusin, atau sekitar Rp 7.000 hingga Rp 8.000 per buah.
"Biasanya saya jual di depan rumah, dan ada juga yang memesan. Harga satu lusin sekitar Rp 80.000, dan satuannya Rp 7.000 sampai Rp 8.000. Waktu pengerjaan satu lusin bisa satu sampai dua hari, tergantung bahan yang ada," jelas Rizal.
Namun, proses pembuatan piring ini tidak tanpa tantangan. Rizal mengungkapkan bahwa kondisi fisiknya yang belum pulih sepenuhnya membuatnya kesulitan dalam mengambil bahan lidi sawit. Selain itu, proses meraut lidi juga memerlukan ketelitian dan waktu yang cukup lama, karena lidi harus benar-benar bersih agar hasil piringnya maksimal.
"Saya kesulitan untuk mengambil lidi sawit karena kaki saya belum pulih sepenuhnya. Selain itu, meraut lidi juga memakan waktu lama, karena harus benar-benar bersih agar piringnya bisa bagus," tambahnya.
Meski menghadapi berbagai kendala, semangat Rizal untuk terus berkarya tetap tinggi. Ia berharap ke depannya dapat memproduksi lebih banyak piring untuk dijual maupun disewakan, terutama untuk acara pernikahan.
"Saya berharap bisa membuat sekitar 200-250 piring untuk disewakan di acara pernikahan. Banyak yang sudah tertarik menyewa piring ini, tapi persediaan saya masih sedikit. Mudah-mudahan jika keadaan saya sudah lebih baik dan bahan lebih banyak, saya bisa memenuhi permintaan sewa ini," tutup Rizal.