RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO - Resistensi antibiotik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk dalam mengonsumsi pangan seperti ayam dan ikan.
Dilansir dari disway.id, resistensi antibiotik merupakan kondisi di mana bakteri yang menyerang tubuh kebal terhadap obat-obatan antibiotik.
Hal ini bisa menjadi permasalahan serius karena pengobatan penyakit akibat infeksi bakteri dapat terhambat, bahkan bisa menimbulkan kematian.
Penelitian di Inggris pada 2016 menemukan bahwa terjadi sekitar 700.000 kematian di seluruh dunia akibat antimicrobial resistance (AMR) atau resistensi antibiotik.
Bahkan, diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat menjadi 10 juta kematian pada 2050.
Terlebih saat ini dunia dihadapkan pada situasi post antibiotic era, di mana tidak ada penemuan antibiotiika baru yang bisa digunakan untuk mengobati penyakit infeksi akibat bakteri.
Oleh karena itu, penggunaan antibiotik tidak bisa sembarangan, harus melalui resep dokter.
Kendati demikian, kesadaran masyarakat terkait hal ini masih kurang.
Penggunaan Antibiotik pada Hewan
Termasuk penggunaan antibiotik pada hewan ternak, seperti ayam dan ikan, yang justru menjadi santapan sehari-hari.
Pasalnya, makanan yang mengandung antibiotik tidak menunjukkan ciri-ciri tertentu.
Begitu pula dengan tubuh manusia yang sudah mengalami resistensi antibiotik tidak menunjukkan gejala hingga seseorang terkena infeksi dan pengobatan tidak berhasil.
Tak ayal resistensi disebut silent pandemic atau pandemi terselubung karena sebenarnya terjadi di sekitar, tetapi tidak ada yang menyadarinya karena tidak terlihat.
Untuk diketahui, hewan ternak, seperti ayam dan ikan bisa menjadi penyebab seorang terkena resistensi antibiotik yang disalurkan ketika dikonsumsi.
"Jadi kalau misal antibiotika digunakan untuk ternak, bukan dalam kondisi untuk mengobati infeksi, maka dia diberi dalam dosis yang kecil dosis," terang Koordinator Udayana OHCC Prof. Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, SpMK(K) pada diseminasi pembentukan Desa Bijak Antibiotika secara daring, 20 November 2024.