Mufi seorang bidan desa. Dia mengkhawatirkan wanita tua itu akan terguling ke sungai lalu hanyut. Mufi menolongnyi. Itulah orang miskin pertama yang diurus komunitas Arif. Namanyi: Misenan. Tidak punya rumah. Tidak punya keluarga.
Dari sinilah ceritanya mengapa Arif membangun Griya Lansia di Wajak. Mufi yang mencari tanahnya.
Dari urunan relawan terkumpul uang untuk membeli sebidang tanah di desa itu. Tanahnya murah sekali. Tidak ada orang yang mau menggarap tegalan itu. Lokasinya dipercaya sebagai tanah berhantu: 14 x 100 meter.
Dibangunlah bedeng dari triplek di salah satu pojoknya. Mbah Misenan dirawat di rumah bedeng itu. Diberi makan. Diurus kesehatannyi.
Dana terus dikumpulkan: untuk membangunnya. Saat saya ke sana lebih dua tahun lalu sudah berdiri kamar-kamar seperti hotel melati. Berhadapan. Di tengahnya, memanjang, dibangun taman.
Waktu itu tanamannya masih kecil. Belum terasa rindang. Tapi sudah terlihat ke depannya akan menjadi tempat yang nyaman bagi orang tua telantar.
Kemarin saya bertemu Arif lagi. Masih sama: bajunya masih agak lusuh. Penampilannya juga masih klemak-klemek. Bagi orang yang suka melihat penampilan lahiriyah, Arif bukan sosok yang terlihat bonafid.
Arif pun bercerita: tanah di Wajak kini sudah menjadi 60 x 100 meter. Penghuni Griya Lansia-nya sudah 146. Ada yang masih punya keluarga, tapi tidak ada di antara mereka yang mau mengurus.
Bahkan ada keluarga yang mengantarkan orang tua ke Wajak dengan pesan khusus: kalau kelak meninggal dunia tidak usah kirim kabar. Langsung dimakamkan saja di Wajak.
Ada juga anak yang mengantarkan orang tua dengan sisa dendam masa nan lama: ibunyi itu, dulu, tidak mau mengurusnyi, saat dia masih bayi. Lalu jadi bayi telantar.
Akhirnya Arif harus membeli tanah untuk kuburan. Tidak semua yang meninggal di situ bisa diterima pemakaman desa terdekat.
Kini juga sudah dibangun aula di Griya Lansia Wajak: Aula Misenan --diambil dari nama orang yang ditemukan di pinggir sungai. Misenan sendiri sudah meninggal dunia --kemarin tepat 1000 harinyi.
Di balik penampilan fisiknya yang kalem, Arif ternyata teguh pada niat dan misi. Kemarin ia meletakkan batu pertama pembangunan Villa Yatim di Mojokerto.
Kini komunitas itu sudah merawat 80 anak yatim –khusus yatim yang miskin. Sekarang mereka masih ditampung di rumah sementara –menunggu Villa Yatim selesai dibangun.
Arif juga sudah membangun Griya ODGJ –isinya 42 orang tua yang Anda sudah tahu sedang kekurangan apa.
Ada lagi griya khusus untuk merawat bayi telantar dan terbuang. Termasuk yang lahir dari hubungan yang tidak diinginkan. Sudah tujuh bayi mereka rawat.