NASIONAL - Puluhan mahasiswa menggelar aksi demonstrasi di depan Monumen Serangan Umum 1 Maret, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (29/11).
Sejumlah mahasiswa dari berbagai kampus itu turun ke jalan menggelar orasi dan menyampaikan pernyataan sikap terkait kondisi demokrasi tanah air pada era Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Gerakan ini merupakan ekspresi atas bentuk keresahan mereka terhadap demokrasi Indonesia yang kian memprihatinkan.
Massa dalam gerakan ini mengenakan kaus hitam dan membawa jagung yang menyimbolkan demokrasi di Indonesia masih muda.
Ketua BEM UI Melki Sedek Huang menegaskan bahwa gerakan ini bukan partisipan. Dia menyatakan bahwa pihaknya tidak memiliki urgensi mendukung siapa pun capres.
"Yang terpenting bagi kami bukan nomor satu, dua, dan tiga. Siapa pun yang menang, yang seharusnya menang adalah penegakan demokrasi dan konstitusi," kata pria asal Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), itu.
Melki mengatakan gerakan ini bersumbu pada kemarahan dan kekecewaan.
"Semua kekecewaan kami akan kerusakan-kerusakan yang terjadi besar kemungkinan hadir karena orang-orang yang kami pilih di kotak suara," ungkap Melki.
Menurut Ketua Lembaga Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (LEM UII) Muhammad Rahyan, semangat gerakan ini lahir dari permasalahan bangsa yang sengaja didiamkan.
"Itu sengaja didiamkan atau pura-pura tidak peduli. Saya sebagai manusia yang punya akal sehat, saya peduli bahwa hari ini bangsa kita mengalami hal-hal yang salah," kata Rahyan dilansir dari jogja.jpnn.com.
Salah satu permasalahan yang disoroti kalangan mahasiswa itu ialah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menuai pro dan kontra beberapa waktu lalu.
"Pemuda yang mana (yang diuntungkan putusan MK)? Semua sudah paham, enggak ada pemuda yang diuntungkan, kecuali anak kesayangan papa," ungkap Rayhan.
Turut hadir dalam gerakan mimbar rakyat ini Presiden Mahasiswa UMY Adam Muhammad, Ketua BEM KM UGM Gielbran Muhammad Noor, Sekjen SEMA Paramadina Afiq Naufal, dan BEM Untidar hingga BEM SI.(mcr25/jpnn)