RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO - Pria memiliki hormon yang hanya dimiliki laki-laki yakni testosteron. Akan tetapi sejumlah mitos menghubungkan hormon ini dengan kebotakan dan kerontokan rambut.
Mitos atau Fakta?
Dilansir dari laman disway.id, Ahli Spesialis Urologi dr. Rena Malik, dalam video baru di saluran YouTube-nya, menguraikan hubungan ilmiah antara testosteron dan kerontokan rambut pria.
Penyebab Rambut Rontok
Dikutip dari Men's Health, dia menjelaskan bahwa ada berbagai masalah dan faktor penyebab rambut rontok, termasuk stres, gizi buruk, obat-obatan tertentu, dan kebiasaan perawatan seperti mengikat rambut panjang ke belakang menjadi sanggul yang sangat ketat.
Genetika juga berperan besar dalam hal ini, jadi melihat orang tua Anda dan apakah mereka pernah mengalami kerontokan rambut dapat menjadi indikator awal yang baik untuk mengetahui apakah Anda akan mengalami kebotakan atau penipisan di masa depan.
BACA JUGA : https://rakyatbenteng.bacakoran.co/read/3649/ini-7-bahan-alami-dapat-mengatasi-sakit-gigi
Bagaimana testosteron mempengaruhi rambut kita?
Setiap hari, antara 6 dan 8 persen testosteron yang dihasilkan oleh tubuh pria diubah menjadi dihidrotestosteron (DHT), yang memiliki berbagai fungsi penting pada pria muda.
Hormon ini berfungsi sebagai pembentukan ciri-ciri seksual sekunder seperti bulu tubuh dan bulu kemaluan.
'Seiring bertambahnya usia, terkadang DHT dapat menyebabkan masalah lain seperti pembesaran prostat, atau rambut rontok,” kata Malik.
DHT dapat mengikat folikel rambut dan melemahkannya seiring waktu. Namun, bukan berarti kerontokan rambut merupakan suatu hal yang pasti.
“Kemungkinan besar pada pria yang memiliki kecenderungan tersebut, yang memiliki kelainan genetik yang membuat mereka lebih mungkin mengalami kerontokan rambut, ketika mereka mengalami peningkatan DHT, mereka lebih cenderung melihat pola kerontokan rambut pria ketika mereka mungkin tidak akan bisa hidup tanpanya,” katanya.
Lalu, dalam sebuah penelitian terhadap pria transgender yang menggunakan testosteron sebagai bagian dari transisi medis, 5 hingga 17 persen ditemukan mengalami kerontokan rambut pada tahun pertama. Penelitian kecil lainnya menemukan bahwa dari mereka yang mengalami alopecia, sebagian besar kasusnya ringan.