Resign dari Koki Perusahaan Batubara, Wanita Dua Anak Pilih Kembangkan Usaha Keripik Pisang

Sabtu 30 Mar 2024 - 22:33 WIB
Reporter : Leonardo Ferdian
Editor : Leonardo Ferdian

RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO – Mae Hermawati (42), wanita asal Kecamatan Air Rami Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu memilih resign dari pekerjaannya sebagai koki di salah satu perusahaan batubara di Kabupaten Bengkulu Utara.

Dia resign tahun 2015 dan memilih jalan lain untuk membuka usaha keripik pisang. Awal memulai, diakui Hermawati jika dirinya benar-benar tidak tahu cara pembuatannya.

Namun dengan niat dan kemauan yang kuat, perlahan belajar dan akhirnya mampu membuat makanan keripik pisang. Rasa pertama yang dihasilkan yakni keripik pisang rasa asin.

Produk dijual secara konvensional ke rumah-rumah warga dan dititipkan ke warung-warung. Perlahan namun pasti, keripik tersebut mulai dikenal dengan nama keripik pisang JW.

‘’Saya awalnya kerja jadi koki di salah satu perusahaan batubara. Karena sesuatu alasan, saya pilih resign. Saya tidak tinggal diam. Saya terpikir membuat dan menjual keripik pisang. Saya benar-benar tidak tahu caranya pada saat itu. Saya belajar otodidak dan akhirnya jadilah keripik pisang asin. Saya jual ke warung-warung sambil menggendong anak saya yang masih bayi,’’ ujar Hermawati.

BACA JUGA : https://rakyatbenteng.bacakoran.co/read/3182/sempat-ngemper-di-jalanan-pusat-kota-souvenir-hasil-kerajinan-kini-hasilkan-keuntungan-puluhan-juta-rupiah

BACA JUGA : https://rakyatbenteng.bacakoran.co/read/3259/pt-ahm-bengkulu-perkenalkan-sepeda-motor-listrik-honda-em1-e-dan-em1-e-plus-ini-keunggulannya

Hermawati menuturkan, namanya merintis bukanlah hal yang mudah. Keripik yang ingin dititipkan kadang kala terjadi penolakan oleh pemilik warung. Namun dirinya pantang menyerah dan terus berusaha.

Seiring berjalan waktu, selama dua tahun awal terus mengevaluasi serta mengurus perizinan. Makanan keripik pisang yang awalnya rasa asin, sekarang sudah memiliki rasa manis, coklat, kopi dan beberapa varian lainnya.

Berkembangnya keripik ini juga tidak lepas dari pinjaman modal ke BRI senilai Rp 5 juta. Metode konvensional juga diimbangi dengan pemasaran secara online melalui media sosial.

‘’Saya jual dengan harga Rp 10 ribu per bungkus. Di tempat oleh-oleh sudah ada dititipkan. Ada juga reseller saya di luar Kota Bengkulu seperti Curup dan Jakarta. Omzet didapat mencapai Rp 8 juta per minggu. Sekarang sudah stabil. Saya juga ada rekrut karyawan untuk membantu. Suami yang awalnya kerja di salah satu perusahaan, sekarang membantu saya untuk produksi keripik ini saja. Alhamdulillah ini bisa mencukupi kehidupan kami sehari-hari,’’ ujar Hermawati.

Sementara itu, Pemimpin Cabang BRI Bengkulu, Tunjung Yudho Wahono melalui Manager Bisnis Mikro, Novian Darma menuturkan jika di Provinsi Bengkulu khususnya Kota Bengkulu sudah banyak usaha kripik pisang yang berkembang dengan baik. Tentunya BRI ikut hadir membantu memberikan tambahan modal bagi para pengusaha tersebut.

‘’BRI mempermudah bagi pelaku UMKM yang ingin mengajukan pinjaman. Sehingga diharapkan usaha yang dijalankan dapat berkembang dengan baik,’’ pungkas Novian.(fry)

Kategori :