Oleh: Dahlan Iskan
Tidak semua caleg harus melakukan serangan fajar. Contohnya banyak. Salah satunya orang Lumajang yang Anda sudah tahu itu: Anang Akhmad Syaifuddin.
Anang terkenal karena pilih mundur sebagai ketua dan anggota DPRD Lumajang. Penyebabnya: tidak hafal Pancasila.
Banyak pihak minta agar Anang jangan mundur. Tapi ia teguh: tetap mundur. Memalukan, katanya. "Ketua DPRD kok tidak hafal Pancasila," kata Anang waktu itu.
Di Pemilu barusan ternyata Anang maju lagi sebagai caleg. Dari PKB lagi. Kali ini untuk DPRD Provinsi. Dapil Lumajang-Jember.
"Saya ditugaskan, harus maju," katanya kemarin sore.
Siapa yang menugaskan?
“Syuriah partai," jawabnya.
Di NU dan PKB kepengurusan terdiri dari dua badan: syuriah dan tanfidiyah. Syuriah adalah dewan ulama. Tanfidiyah adalah pelaksana program. Tanfidiyah harus tunduk pada kemauan syuriah.
Anang sendiri masih menjabat ketua tanfidiyah PKB Lumajang.
Dalam daftar calon kemarin Anang menempati nomor satu. Di dapil itu Anang mendapat suara terbanyak kedua. Yang pertama adalah Kiai Fawaid, calon dari Gerindra. Ia sudah tiga kali ini terpilih.
Waktu kampanye, Anang tidak sulit memperkenalkan diri: "Saya adalah ketua DPRD yang mengundurkan diri karena tidak hafal Pancasila itu".
Orang pun simpati pada Anang. Ia sudah membuktikan diri bukan tipe orang yang gila jabatan. Apalagi sampai harus membeli suara. Ternyata banyak juga rakyat yang tidak tergiur serangan fajar.
"Saya kan tidak mungkin melakukan serangan fajar dan sebangsanya. Uang dari mana?" katanya.
Kemarin petang Anang berkumpul dengan tim pemenangannya: buka puasa bersama. Bukan di restoran, tapi di poskonya. Masakannya pun disiapkan oleh keluarga tim pemenangannya.