Dalil kedua adalah saat Imam Ali bin Abi Thalib enggan menghapus nama Rasulullah pada lembar perjanjian Hudaibiyah.
BACA JUGA:Pengembangan Kampung Moderasi Undang Tokoh Agama, Kakanmenag Berpesan Jangan Politisasi Agama
Sebelum perjanjian hudaibiyyah ditandatangani oleh Rasulullah SAW dan umat kafir Quraisy, Suhail bin Amr sebagai juru bicara orang Quraisy menolak ada kata 'Muhammad Rasulullah' dalam lembar perjanjian tersebut.
Suhail bin Amr menginginkan agar kata 'Muhammad Rasulullah' diganti dengan kata 'Muhammad bin Abdullah' saaja.
Dengan kerendahan hati beliau, Rasulullah SAW menerima dan memerintahkan Imam Ali bin Abi Thalib untuk menuruti apa yang dikatakan Suhail bin Amr.
Namun Imam Ali bin Abi Thalib enggan menghapusnya dan menjawab :
Artinya : Demi Allah saya tidak akan menghapusnya.
Hal itu dilakukan Imam Ali untuk menjaga kehormatan serta adab kepada Rasulullah SAW.
Mendengar jawaban Imam Ali bin Abi Thalib, Nabi Muhammad SAW sangat memaklumi dilema besar yang dirasakan Imam Ali.
BACA JUGA:UMKM Roti Benteng di Desa Abu Sakim Minim Pekerja, Kadisdagperinkop Bilang Begini
Oleh karena itu kemudian Rasulullah SAW menghapus sendiri kata 'Rasulullah' untuk memenuhi permintaan orang-orang Quraisy.
Nabi Muhammad SAW melakukan demikian agar perjanjian hudaibiyah ini dapat disepakati dan ditandatangani oleh kedua pihak.
Dalil-dalil tersebutlah yang dapat menguatkan betapa pentingnya menjaga adab kita kepada Rasulullah SAW khususnya dalam shalawat.
Maka dari itu pula cara membaca shalawat yang tepat menurut Ustaz Abdul Somad adalah dengan menambahkan kata "Sayyidina" atau 'Nabiyyina' sebelum kata 'Muhammad'.