Tambang Bumi
--
KPC, Anda sudah tahu: milik konglomerat Aburizal Bakrie. Satu tahun KPC memproduksi 60 juta ton batubara. Hitung sendiri kalau harga batubaranya 80 dolar perton.
Saya belum tahu NU akan mendapat berapa puluh ribu hektare. Yang jelas hasilnya akan sangat besar.
Kualitas batubara di lahan KPC, di Sangatta, Kaltim, itu istimewa. Ibarat wanita dia sekelas Sandra Dewi --10 tahun lalu. Kandungan kalori batubaranya di atas 6000. Jadi rebutan pasar internasional. Sangat laris di pasar ekspor.
PLTU di dalam negeri tidak kuat membeli batubara dengan mutu sebagus itu. PLTU di dalam negeri cukup dengan kadar kalori 3000 sampai 4000.
Kadar sulfur batubara dari lokasi NU itu juga istimewa: sangat rendah. Tidak sampai 1. Negara-negara maju pasti berebut batubara dengan kadar sulfur serendah itu: tidak banyak mengeluarkan emisi. Menurunkan kadar keharamannya.
Tiongkok juga punya banyak tambang batubara. Di wilayah utara negara. Tapi sulfurnya tinggi.
Lahan Adaro di Kalsel, milik konglomerat keluarga Boy dan Erick Thohir, juga dikurangi. Entah akan diberikan ke ormas keagamaan yang mana. Lahan Adaro itu cantiknya juga masih sekelas Sandra Dewi --lima tahun lalu.
Pun lahan-lahan milik perusahaan lain yang luasnya juga melebihi ketentuan. Semua akan dikurangi. Kecantikannya juga seperti Sandra Dewi --tiga tahun lalu.
Sampai hari ini baru NU yang jelas-jelas sudah jelas: di mana lahannya. Yang akan menerima pun sudah mau. Bahkan sudah bersemangat --pun barangkali sudah sejak sebelum pemilihan presiden yang lalu.
Sudah takdir NU: lewat tambang NU akan menggali isi bumi. Persis seperti logo NU: bumi dan tambang.
Sembilan bintang di langit yang akan menyaksikan apa yang akan terjadi.(Dahlan Iskan)