Soal Polemik Insentif Otomotif, Pengamat : Tujuannya Perlu Dipertanyakan Kembali
--
RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO - Perbedaan pandangan antara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian mengenai pemberian insentif untuk industri otomotif kian menimbulkan perdebatan dari berbagai kalangan.
Pasalnya, dua pihak sendiri memiliki opini yang saling bertentangan mengenai kondisi sektor otomotif di Indonesia.
Dilansir dari disway.id, menurut Kementerian Perindustrian (Kemenperin), pemberian insentif ini sendiri sangat diperlukan untuk dapat mencegah ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor otomotif yang kian mengalami pelemahan.
Di sisi lain, opini berbeda pun justru diberikan oleh Menteri Koordinator Airlangga Hartarto. Menurutnya, keputusan untuk meniadakan pemberian insentif untuk kendaraan listrik sendiri dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan pasar kendaraan listrik selama dua tahun ini.
Pertentangan tersebut sendiri juga turut menjadi sorotan Pengamat atau Pakar Ekonomi. Dalam hal ini, Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, perdebatan ini juga memunculkan pertanyaan baru, yakni tujuan dari perancangan insentif tersebut, serta siapa saja yang diuntungkan.
“Publik berhak bertanya: selama ini insentif dirancang untuk tujuan apa, siapa yang paling diuntungkan, dan siapa yang diam diam membayar konsekuensinya melalui kemacetan, ketimpangan akses mobilitas, serta beban fiskal yang seharusnya bisa dialihkan ke layanan publik yang lebih merata,” ujar Achmad ketika dihubungi oleh Disway, pada Rabu (03/12).
Lebih lanjut, Achmad juga turut menyoroti kedua statement dari pihak Kemenperin dan Menko Airlangga tersebut. Menurutnya, jika pemberian insentif masih dibutuhkan demi menjaga rantai hulu hilir dan mencegah PHK, maka publik pun juga harus mengkritisi efektivitas dari pemberian insentif otomotif pada tahun-tahun sebelumnya.
“Saya cenderung melihatnya sebagai alarm bahwa kebijakan insentif mobil listrik sejak awal terlalu sempit tujuannya. Membuat mobil listrik lebih murah, tanpa peta jalan pengendalian kendaraan dan pembenahan transport publik, hasilnya jumlah kendaraan bertambah, ruang jalan tetap, kemacetan makin padat,” pungkas Achmad.
Insentif untuk Segmen Spesifik
Di sisi lain, dukungan terhadap rencana pemberian insentif juga datang dari berbagai komunitas otomotif, salah satunya adalah dari Founder Xpander Mitsubishi Owners Club (X-MOC), Sonny Eka Putra.
Menurut Sonny sendiri, insentif seharusnya melihat kebutuhan tiap segmen secara spesifik, bukan diberlakukan secara menyeluruh.
“Dukungan fiskal dari pemerintah harusnya menyasar kendaraan untuk kelas menengah ke bawah. Maksudnya insentif itu diperlukan untuk mobil kalangan menengah ke bawah biar tepat sasaran. Kalau yang di segmen atas itu nggak wajib malah,” tutur Sonny.
Sementara itu menurut Owner Indigo Auto, Yudy Budiman, kebijakan insentif yang timpang dan tidak pasti justru berimbas ke psikologi pasar.
Dalam hal ini, konsumen nantinya malah memilih menunda keputusan membeli mobil, termasuk di pasar mobil bekas, karena menunggu apakah akan ada insentif baru atau perubahan regulasi.