Bawa Nama Bengkulu Tengah Hingga ke Luar Negeri, Pengusaha BapakKopi Ngaku Minim Perhatian Pemerintah

--

RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO - Salah satu UMKM kebanggaan Kabupaten Bengkulu Tengah, BapakKopi asal Desa Rindu Hati, Kecamatan Taba Penanjung, pernah mengharumkan nama daerah hingga ke kancah internasional. Produk kopi lokal ini bahkan telah dipasarkan sampai ke Malaysia.

Namun pencapaian besar tersebut tidak diiringi dukungan memadai dari pemerintah daerah. Pemilik usaha BapakKopi, Apret Samsuri, mengungkapkan kekecewaannya terhadap minimnya pembinaan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop UKM) Bengkulu Tengah.

BACA JUGA:Pertahankan Rumah Warisan, Evi Susanti Sulap Rumah Jadul Nekno Jadi Pilihan Kuliner Bengkulu Tengah

Menurut Apret, selama delapan tahun menjalankan usaha kopi asli Bengkulu Tengah, ia bergerak sepenuhnya secara mandiri tanpa pendampingan dari dinas terkait.

“Sudah delapan tahun bergerak mandiri, sudah bawa nama Bengkulu Tengah ke banyak daerah. Belum ada tanda-tanda pembinaan. Malah yang dapat itu bambu dan batik. Jangankan bantuan, kunjungan pun tidak,” ungkap Apret dengan nada kecewa.

BACA JUGA:ODGJ Meresahkan Warga Batu Raja, Diduga Lakukan Tindakan Tidak Senonoh di Jalan Umum

Apret menceritakan, saat dirinya berangkat ke Malaysia membawa nama BapakKopi dan Kabupaten Bengkulu Tengah, ia tidak mendapatkan pembinaan maksimal dari pemerintah daerah. Bantuan yang diterima hanya sebesar Rp2 juta, itupun harus dibagi dua dengan peserta lain.

“Kecewa. Waktu ke Malaysia cuma dapat bantuan Rp2 juta, dan itu dibagi dua. Bisa lolos ke Event Bangga Buatan Indonesia 2023 juga kami seleksi secara mandiri. Dari sepuluh kabupaten dan satu kota, alhamdulillah BapakKopi masuk 30 besar se-Provinsi Bengkulu,” jelasnya.

BACA JUGA:Empat Warga Bengkulu Tengah Terima Bantuan Rehab Rumah Tidak Layak Huni

Meski bergerak tanpa dukungan dinas, BapakKopi telah memiliki berbagai legalitas penting seperti sertifikat Roastery, sertifikat Barista, hingga Hak Merek. Semua itu ia urus sendiri.

“Semua mandiri. Sertifikat Roastery, Barista, sampai Hak Merek, kami urus sendiri,” tegas Apret.

Ia mengaku kini bersikap acuh karena merasa usahanya tidak mendapat perhatian dari pemerintah daerah.

“Sekarang kami acuh saja. Bagaimana lagi, tidak ada tanggapan. Anak-anak muda sulit berkembang dan berprestasi di Bengkulu Tengah ini. Tidak dianggap, dan ketika sukses pun kami rasanya makin mau menutup mata,” pungkasnya.(one)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan