Pemuda Tamatan SD Taklukkan Pasar Kerajinan Nasional Lewat Kincir Air Bambu

Panggih saat menerima piagam juara dari Gubernur Bengkulu.--
Kerajinan bambu mungkin terdengar sederhana. Namun di tangan Ahmad Supanggih atau yang akrab disapa Panggih, bambu menjadi karya bernilai tinggi yang menembus pasar nasional. Pemuda asal Desa Srikuncoro, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah ini membuktikan bahwa keterbatasan pendidikan bukan penghalang untuk berkarya dan sukses. Berikut kisahnya.
LEONARDO FERDIAN - BENGKULU TENGAH
Berbekal ilmu dari pelatihan yang digelar oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM (Disdagperinkop UKM) Bengkulu Tengah pada tahun 2017, Panggih yang hanya tamatan SD mulai mengolah bambu menjadi kincir air dekoratif. Dalam waktu satu bulan, karya pertamanya berhasil diuji coba bersama pemerintah desa dan Disdagperinkop.
“Saya cuma tamatan SD. Waktu itu diajak ikut pelatihan. Saya serius belajar, lalu buat kincir air sendiri di rumah. Alhamdulillah bisa jadi dan mulai dijual,” ujar Panggih saat ditemui di rumah produksinya.
Respons masyarakat positif. Kincir air buatannya mulai dilirik, dipesan tak hanya di Bengkulu, tapi juga di luar daerah seperti Pekanbaru, Medan, hingga Jakarta, dengan harga per unit mulai dari Rp250.000.
Pada tahun 2018, demi meningkatkan produksi, Panggih mengajukan pinjaman modal usaha ke Bank BRI dan disetujui. Usahanya berkembang pesat. Namun di puncak permintaan, musibah menimpa. Tahun 2019, saat mengikuti Festival Tabut, Panggih mengalami kecelakaan terjatuh dari pohon kelapa setinggi 12 meter. Usahanya terhenti total hampir dua tahun.
“Saya sempat vakum karena kecelakaan. Produksi berhenti total. Tapi saya bertekad bangkit lagi,” kenangnya.
Tahun 2021, setelah pulih, Panggih kembali merintis usahanya dari nol. Ia memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp untuk promosi. Perlahan, peminat mulai berdatangan kembali.
“Saya manfaatkan media sosial untuk promosi. Alhamdulillah sekarang sudah stabil, bahkan sering
ikut pameran di tingkat nasional,” katanya.
Karya Panggih tak hanya memberi manfaat bagi dirinya, tapi juga mengangkat nama daerah. Ia rutin mewakili Bengkulu Tengah dalam berbagai pameran, dan berhasil meraih sejumlah prestasi: Juara 3 Kriya 2021, Juara 1 Kriya 2022, dan Juara 3 Kriya 2023.
“Saya bangga bisa membawa nama baik desa dan kabupaten saya. Ini jadi penyemangat agar saya terus berkarya,” ujarnya.
Sementara, Kabid Perindustrian Disdagperinkop UKM Bengkulu Tengah, Lusi Komariah, S.Sos, menyebutkan karya Panggih selalu dibawa dalam setiap event penting.
“Kerajinan ini selalu kami tampilkan di pameran kabupaten, provinsi, bahkan nasional. Kami bangga karena karyanya sudah banyak mendapat penghargaan,” kata Lusi.
Terpisah, Manajer Bisnis Mikro BRI Bengkulu, Riky Andria, menjelaskan bahwa usaha Panggih merupakan salah satu bentuk nyata dari keberhasilan program pembiayaan UMKM BRI.
“Kami terus mendukung pelaku UMKM seperti Panggih. Pinjaman modal dari BRI terbukti mampu mendorong pengembangan usaha kreatif berbasis lokal seperti ini,” jelasnya.
Kisah Panggih adalah bukti bahwa dengan kemauan, keterampilan, dan dukungan yang tepat, keterbatasan bisa dikalahkan. Dari desa kecil dan latar pendidikan sederhana, ia telah menunjukkan bahwa karya asli Indonesia bisa bersaing di level nasional.(**)