Ikut Anastasia
Anastasia tidak hanya punya banyak murid. Dia juga digandeng produsen piano terbaik dari Jerman. Dia sering diminta memainkan piano dagangan itu di depan konsumen atau calon konsumen.
Dia menyebut mereknya tapi saya lupa. Pokoknya piano yang termahal harganya. Itu sekaligus promosi bagi dirinyi sendiri. Agar sekalian mengajar anak orang kaya yang mampu membeli piano jenis itu.
Ingat: piano Steinway & Sons. Anda pun sudah tahu. Itulah piano impian para pianis.
Bisa melihat pianonya saja hati sudah berbunga-bunga. Apalagi bisa menyentuhkan jari ke toast-toast-nya. Anastasia justru bisa bekerja sama dengannya.
''Hemmmm...," gumam Anastasia membayangkan lagi memainkannya. Matanyi sampai terpejam. Pipinyi memerah. Tubuhnyi menggelinjang. Itulah piano yang sejarahnya panjang.
Anda pun sudah tahu: mulai dibuat tahun 1820. Di satu kota kecil di Jerman. Lalu mereka berimigrasi ke New York. Memproduksi piano untuk Amerika: 1853. Produksi ke-200.000-nya dihadiahkan ke Gedung Putih. Lalu diganti dengan produksi ke-300.000. Tahun 2000 lalu sudah memproduksi yang ke-550.000.
Kini Anastasia menekuni tari. Sudah dua tahun dia terjun ke street dance. Saya pun minta Anastasia memeragakan jenis tari itu: sungguh mati saya belum pernah melihatnya.
"Saya ingin bikin kejuaraan dunia street dance di Bali," ujar Anastasia. "Kalau bisa, tahun ini," tambahnyi. Dia kenal banyak jaringan penggemar street dance di berbagai negara.
Malam itu saya memang gagal bertemu Princess di Disneyland Shanghai. Tidak menyesal: saya bertemu Princess Anastasia di Madina.(Dahlan Iskan)