"Polusi udara adalah pemain utama untuk terjadinya PPOK di samping rokok. Jadi, sedapat mungkin kita melakukan penghindaran terhadap polusi udara ini," tuutrnya.
Ia menegaskan bahwa polusi udara ini bukan hanya berasal dari luar ruangan, tetapi juga bisa dari dalam rumah, beberapa di antaranya berasal dari asap rokok dalam ruang, obat nyamuk bakar, asap pembakaran kayu di dapur.
"Polusi udara indoor merupakan faktor risiko utama bahkan di berbagai negara di Afrika."
Sementara polusi di luar ruangan seperti asap pembakaran mesin kendaraan bermotor, kebakaran hutan, serta limbah pabrik.
Untuk menghindari paparan polusi di dalam ruangan, ia menyarankan, "Kalau saat membuat rumah atau bangunan, dibuat agar ventilasinya baik sehingga ketika kita memasak, memproduksi sesuatu dengan gas, itu bisa tersirkulasi dengan baik."
Hal ini sebagai upaya meminimalisir paparan polusi yang dihasilkan dari dalam ruangan.
Sementara itu, Direktur Pencegahan Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (P2TM) dr Siti Nadia Tarmizi, M.Epid menyarankan untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan apabila tingkat polusi sedang tinggi.
Namun, apabila terpaksa keluar rumah, sebaiknya menggunakan masker ketika di luar ruangan apabila kondisi udara kurang baik.
"Pakai masker kalau kita melihat udara. misalnya kita mau ke kantor sekarang, biasanya banyak langit Jakarta nggak biru, ya gunakan masker," lanjut Nadia.
BACA JUGA : https://rakyatbenteng.bacakoran.co/read/8290/kunyit-dan-nanas-bisa-lawan-efek-samping-vaksin-benarkah
Ia pun mencontohkan warga Jepang yang tetap menggunakan masker meski pandemi Covid-19 telah berlalu.
Nadia menegaskan bahwa masker ini bermanfaat bukan hanya melindungi diri dari penularan virus Covid-19, tetapi juga partikel-partikel halus yang membawa radikal bebas, termasuk polusi.
"Tentunya kita rajin membaca indeks kualitas udara, kurangi aktivitas di udara luar ketika kualitas udara yang tidak baik, tentunya olahraga yang banyak."
Di samping itu, Nadia menyebut bahwa pemerintah juga terus berupaya menurunkan tingkat polusi udara di Indonesia dan memastikan supaya warga dapat menghirup udara yang sehat.
Salah satunya, "Kita kerja sama dengan BMKG juga untuk kemudian bisa menampilkan indeks kualitas udara dan mencantumkannya di aplikasi SATUSEHAT."