RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO - Maraknya penggerebekan oli palsu belakangan ini mengindikasikan banyaknya peredaran oli aspal atau asli tapi palsu.
Dilansir dari palpres.disway.id, setidaknya, tahun ini tercatat ada 3 penggerebekan yang dilakukan pihak kepolisian dan kementerian terkait dengan total kerugian mencapai puluhan miliar.
Petugas menyita sejumlah barang bukti oli dengan merek-merek tertentu yang menjadi favorit pemalsuan.
Pada April 2023 lalu, penggerebekan oli palsu terjadi di Tangerang Banten yang dihadiri Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga.
Saat itu, Jerry menturkan dari barang bukti yang disita, pemalsuan oli ini umumnya menimpa merek-merek yang beredar luas di pasaran.
Kata dia, umumnya merek dengan volume penjualan yang besar.
Memang masuk akal, bagi pemalsu untuk apa memalsukan produk yang hanya sedikit volumenya di pasaran.
Dengan adanya risiko sebagai pemalsu yang besar, mereka juga pasti bakal bermain pada produsen pelumas yang memiliki market share yang besar.
Menurut data Asosiasi Pelumas Indonesia (Aspelindo), dalam setahun kebutuhan pasar nasional sebanyak 1,1 juta kiloliter.
Ketua Umum Aspelindo, Sigit Pranowo pernah menyebutkan kebutuhan pelumas nasional sebanyak 55 persen diperuntukkan bagi industri, dan sisanya untuk otomotif.
Melihat perbandingan itu, kebutuhan pelumas otomotif nasional berada di angka 495 ribu kiloliter.
Sedangkan jumlah kendaraan yang beredar secara nasional lebih di angka 140 juta unit, baik untuk roda dua ataupun roda empat.
Sehingga bisa dibayangkan kebutuhan akan industri pelumasan kendaraan yang begitu besar.
Jadi, berapa triliun nilai uang yang beredar selama setahun dalam industri pelumasan ini.
Tak heran, walaupun berbagai upaya dilakukan baik oleh produsen maupun penggerebekan rutin oleh Kepolisian atau kementerian terkait.