"Apakah mau jadi penumpang cadangan?" katanya.
"Mauuuuuu" jawab saya.
"Anda bayar 105 riyal. Kalau semua penumpang ternyata datang, uang kembali. Tidak bisa cash. Akan dikirim ke rekening bank Anda. Mungkin perlu waktu 2 atau 3 hari," katanya.
"Mauuuu".
"Anda masuk waiting list nomor 2".
"Mauuuuu".
"Kereta akan berangkat pukul 09.00. Anda akan tahu dapat kursi atau tidak pukul 08.57".
"Mauuuu".
Ia melihat bawaan saya.
"Hanya itu?"
Mauuuu".
Mungkin saya akan langsung ditolak kalau terlihat bawa koper besar. Waktu tiga menit tidak cukup untuk menyeret koper ke kereta.
"Saya bisa lari," kata saya.
Ia tersenyum mungkin lihat kacamata hitam saya yang baru yang lupa saya copot.
"Anda tunggu di kursi sana itu," katanya sambil menyerahkan tiket saya. Kali ini saya bayar pakai kartu. Agar, kalau tidak dapat kursi, uang bisa balik masuk kartu itu tidak nyasar ke kartunya Jokosp SP.
Di kursi tunggu saya pun lihat layar HP: masih pukul 08.30. Masih bisa berdebar agak lama. Saya tidak berdoa semoga ada mobil calon penumpang yang kesasar di padang pasir. Saya pasrah. Tawakal. Saya tidak berusaha menjemput takdir. Saya murni menunggu nasib.