Lokasi Zhang Yuan tidak jauh dari Starbucks terbesar di dunia itu. Yang pernah ada di Disway kapan dulu itu. Tentu kami juga sempatkan masuk Starbucks. Sambil lewat. Menikmati kamar kecilnya.
Dari Starbucks sudah dekat. Tinggal menyeberang jalan. Melewati G-Walk yang menawarkan aneka makanan UMKM –dengan bentuk kios yang seperti di Amerika.
Rupanya Starbucks tersebut telah jadi tujuan wisata yang kuat. Maka dikuatkan sekalian dengan membangun lokasi wisata baru di sebelahnya.
Waktu pun habis. Senja yang dingin telah tiba.
Itulah senja terakhir tahun 2023.
Senja yang ramai. Yang di lokasi ini tampak seperti hari raya. Jalan-jalan di lokasi ini seperti cat walk tak berujung. Hampir semua yang berjalan kaki berpakaian seperti seorang foto model yang siap difoto kapan saja.
Rasanya kota ini terlihat cantik karena orang yang berlalu-lalang cantik-cantik. Tampil cantik, maksud saya.
Lihatlah baju dingin mereka. Lihatlah sepatu boot wanitanya. Lihatlah model-model topinya. Tidak ada yang berpakaian seadanya. Tidak ada yang tidak ber-make-up.
Musim dingin membuat wanita tampil lebih bergaya. Apalagi ini musim dingin tutup tahun.
Kesimpulan saya: kota menjadi cantik kalau yang berlalu-lalang di kota itu juga cantik. Maka bagi wali kota yang ingin kotanya cantik rasanya perlu memberi insentif bagi wanita yang mau berlalu-lalang dengan gaya yang cantik. Atau memberi subsidi mereka Rp 400 triliun.
Coba saja bila yang berlalu-lalang itu kumuh-kumuh, berkeringat, tidak ber-make-up, rasanya ikut pemilu pun malas.
Nonton ''mode show'' itu harus kami akhiri. Malam sudah menjelang.
Hari terakhir di tahun 2023 ini pun habis sepenuhnya untuk melihat bagaimana Shanghai bangkit setelah Covid-19. Rupanya selama Covid berbagai proyek baru diselesaikan. Begitu Covid lewat banyak hal baru bermunculan.
Tidak semua bisa dilihat. Malam segera tiba. Belum menulis pula. Belum memilih komentar. Maka kami pun bergegas kembali ke hotel –sebuah hotel bintang tiga sekelas Ibis di Indonesia. Pun waktu di Beijing, ''manajemen'' perjalanan ini memilih hotel yang sederhana --asal lokasinya strategis.
Sebenarnya saya agak mengeluh soal hotel ini. Bukan soal enak-tidaknya. Tapi jarak antara ranjang dan dindingnya terlalu sempit –untuk senam dansa tiap pagi. Sering kali kaki menendang pinggir ranjang. Membuat istri kaget. Apa boleh buat. Di musim dingin seperti ini tidak mungkin berolahraga di taman. Padahal makan, tidur dan olahraga sama pentingnya.
Keluhan soal hotel itu pun hanya saya pendam di hati. Kan saya sudah berkomitmen untuk tunduk pada aturan manajemen perjalanan. Anda pun, please, jangan bocorkan soal keluhan ini ke mereka.