Anggota DPD RI Lia Istifhama Sebut Presiden Prabowo Akomodatif Soal Polemik LPG 3 Kg

Rabu 05 Feb 2025 - 17:38 WIB
Editor : Leonardo Ferdian

RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO - Keputusan Presiden Prabowo terkait diperbolehkannya pengecer menjual LPG 3 Kg, memantik respons positif publik, tak terkecuali senator Jawa Timur Lia Istifhama. 

Sekalipun izin ini memiliki ketentuan tertentu, namun bagi anggota DPD RI yang dikenal dengan tagline peran Cantik itu menyebut keputusan tersebut sebagai kebijakan positif yang menunjukkan karakter pemimpin akomodatif. 

“Langkah responsif pemerintah untuk memberikan ruang bagi pengecer gas melon LPG 3 Kg menunjukkan sikap pemimpin yang akomodatif dari Bapak Presiden Prabowo Subianto. Ini menunjukkan, tidak butuh waktu lama bagi pemerintah untuk merespons apa yang menjadi aspirasi masyarakat,” ujar Ning Lia sapaan akrabnya pada Rabu (5/2/2025).

Menurut Ning Lia, kebijakan yang akomodatif penting untuk membangun hubungan emosional pemerintah dengan rakyat. 

“Ada istilah immediacy, yaitu hubungan emosional atau komunikasi interpersonal. Hal ini terjawab ketika kebijakan strategis sesuai harapan rakyat. Dan, polemik yang sempat terjadi, tentu momentum betapa masyarakat saat ini memang lebih kritis. Hal ini positif jika kita lihat dari sisi positif,” ujar Ning Lia. 

Dia mencontohkan ketika penjualan LPG bersubsidi bisa tetap di pengecer, maka potensi monopoli akan teredam karena banyak pihak di dalam pendistribusian.

Namun, jika mengerucut pada pangkalan resmi, kita patut khawatir monopoli terjadi akibat masyarakat yang memiliki tabung gas banyak di rumahnya, pasti mampu memborong pengisian LPG sehingga yang memiliki 1 tabung gas, berpotensi menjadi pihak yang dirugikan. 

Padahal, kata dia, yang memiliki satu tabung gas saja, itulah yang biasanya dari kelas sosial ekonomi rendah, mereka yang butuh, terbukti hanya 1 tabung gas.

“Jika kemarin tetap berlaku di pangkalan saja, apa yang bisa dilakukan warga satu tabung gas ketika antri dengan mereka yang membeli dengan beberapa tabung sekaligus karena sifatnya aji mumpung ketika harus antri panjang? Inilah yang namanya kontraproduktif,” ujar Ning Lia.

Ning Lia yang memulai karier politik dengan rekam jejak penulis sekaligus aktivis itu, juga menjelaskan pandangannya terkait sub pangkalan. 

“Sub pangkalan bagi pengecer tentu bagus. Karena ini ruang ekosistem ekonomi produktif yang mana mereka teredukasi melek persyaratan sebagai mitra resmi Pertamina. Tentu, syarat harus menyesuaikan kemampuan mereka, tinggal dipertajamnya pada tata kelola yang disiplin dan tepat sasaran sesuai penerima manfaat sesuai Perpres 104 Tahun 2007,” pungkasnya. 

Sebagai informasi, baru-baru ini Pemerintah melalui Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjelaskan mekanisme bagi pengecer untuk menjual elpiji bersubsidi. 

"Kita ubah dari yang tadinya pengecer itu, yang tadinya belinya di pangkalan, sekarang kita aktifkan pengecer dengan mengubah nama menjadi subpangkalan," kata Bahlil. 

Subpangkalan dibekali aplikasi Pertamina yang bernama MerchantApps Pangkalan Pertamina. Melalui aplikasi tersebut, pengecer bisa mencatat siapa yang membeli, berapa jumlah tabung gas yang dibeli, hingga harga jual dari tabung gas tersebut. 

"Kita memberikan fasilitas teknologi agar bisa kita (pantau lewat) aplikasi, agar bisa kita pantau pengendalian harga berapa yang dia jual, dan kepada siapa agar tidak terjadi penyalahgunaan. Jujurlah, ada oknum-oknum yang main untuk menyalahgunakan subsidi ini masa kita mau biarkan?" kata Bahlil.(**)

Tags :
Kategori :

Terkait