Irigasi Senilai Rp 2,7 Miliar di Bengkulu Tengah Diduga Dibangun Asal Jadi, Cek Faktanya di Sini

RAKYATBENTENG.BACAKORAN.CO - Pekerjaan rehab jaringan irigasi di Desa Tanjung Terdana Kecamatan Pondok Kubang Bengkulu Tengah agaknya menyimpan permasalahan yang tidak ringan.

Bagaimana tidak? dikerjakan pada tahun 2023 lalu dengan anggaran terbilang fantastis, yaitu Rp2,7 miliar namun hasilnya menurut warga setempat jauh dari harapan semula. 

Selain terdapat kerusakan, informasi dihimpun irigasi yang dikerjakan diduga tidak sesuai dengan gambar. Harapan semula irigasi dapat menunjang pertanian dalam memenuhi kebutuhan air malah keburu rusak. 

Pemilik lahan persawahan sekitar irigasi, Mardin mengatakan, dirinya mengetahui secara detail tentang pembangunan irigasi tersebut.

Bahkan, dikatakannya seluruh pembangunan tersebut baik dari perehaban maupun pembangunan diduga asal jadi.

‘’Dari survei hingga titik nol, saya berada di lahan persawahan ini. Saya sangat tahu tentang pengerjaan irigasi tersebut. Awal pembangunannya pada Juni 2023 akhir sampai awal November 2023. Pembangunannya memang terkesan asal-asalan,’’ jelas Mardin.

BACA JUGA : https://rakyatbenteng.bacakoran.co/read/3310/bocah-usia-4-tahun-asal-pondok-kelapa-idap-hydrocephalus-butuh-uluran-tangan

BACA JUGA : https://rakyatbenteng.bacakoran.co/read/3323/1-dpo-ditangkap-232-botol-miras-dan-200-liter-tuak-diamankan-dalam-operasi-pekat

Mardin melanjutkan, dari penjelasan pemborong, irigasi tersebut dibangun sepanjang 600 meter untuk pembangunan serta 400 meter untuk perehaban.

Dengan dana yang lumayan besar, dirinya sedikit kecewa dengan hasil yang dibangun tersebut. 

‘’Totalnya 400 meter di arah tengah dan 200 meter di ujung itu pembangunan irigasi. Kemudian, 400 meter lainnya di tempat yang berbeda untuk perehaban. Semuanya tidak ada yang benar dalam pembangunan. Bayangkan, pembangunan sepanjang 1 km tersebut tidak menggunakan standar penggunaan semen pada umumnya,’’ jelas Mardin.

Terpisah, Kades Tanjung Terdana, Sabri irigasi yang baru selesai direhab di desanya itu hingga kini tidak dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat khususnya para petani. 

"Pekerjaan itu mulainya dari zaman kades sebelum saya, tapi saya dapat laporan mereka (kontraktor, red) tidak ada konfirmasi dan koordinasi sama desa. Ada warga kita merasakan betul tidak dapat manfaat dari irigasi itu, dimana seharusnya di depan sawah mereka irigasinya kokoh seperti di gambar, tetapi malah cepat rusak padahal baru jadi. Alasan pemborong memang seperti itu bentuknya, padahal di gambarnya tidak begitu," urai kades saat dihubungi wartawan. 

"Ada warga kita yang saat itu mau ikut bekerja tetapi tidak diajak. Saya pun merasa tersinggung dan kecewa. Jadi kalau untuk irigasi itu tidak ada manfaatnya, karena tidak berfungsi. Saya sangat berharap kepada pihak yang melakukan pembangunan tersebut untuk segera dilakukan perehaban," kata Sabri lagi.(one)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan